Bagaimana Diet pada komplikasi Kehamilan?

72 responses to “Bagaimana Diet pada komplikasi Kehamilan?

  1. Nama :Hasniana
    Nim :09D40121
    Bidan B
    Judul :Diet Selama Kehamilan

    Ingat bahwa makanan yang Anda makan adalah sumber utama energi bagi bayi Anda tumbuh di dalam. Seorang wanita hamil harus tahu bahwa ia tidak hanya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi anak yang belum lahir dalam dirinya.. pembangunan fisik dan mental setelah lahir akan memiliki pengaruh apa-apa dilihat, pikiran dan makanan yang dimakan oleh wanita hamil.
    Tidak ada diet khusus untuk wanita hamil, tapi makan diet seimbang yang sehat yang memberikan semua nutrisi (lihat tabel gizi & panduan ) bagi bayi Anda untuk tumbuh dan berkembang sangat dianjurkan . Untuk bulan pertama 3, diet wanita hamil harus mencakup makanan kaya zat besi , asam folat dan kalsium tinggi .. Anda dapat mengambil tablet besi dan asam folat jika Anda sedang hamil atau menyusui.

    Asam Folat & Lahir Cacat

    Perempuan harus mendapatkan cukup asam folat sebelum dan selama kehamilan untuk mencegah cacat lahir besar yang melibatkan otak bayi atau tulang belakang, menurut peneliti Kanada Louise Pilote dari McGill University, Montreal seperti yang dilaporkan di British Medical Journal, Mei 2009.. Memperkuat produk tepung dengan asam folat dapat mengurangi jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan, yang paling umum dari semua cacat lahir.
    Dalam 3 bulan berikutnya wanita kebutuhan protein dan kalsium tambahan. Carilah makanan dengan protein tinggi

    Kehamilan & Berat Keuntungan

    Sebagian besar perempuan mendapatkan antara 10-15 kg, tetapi berat badan terlalu banyak harus dihindari. Namun, kenaikan berat badan selama kehamilan akan bervariasi sesuai dengan berat badan pra-kehamilan Anda. Menurut para ahli, seorang wanita gemuk disarankan untuk mendapatkan hanya 7 kg (15 pon) dan seorang wanita kurus untuk mendapatkan sampai dengan 18 kg (40 pon). Untuk ini, batas terlalu banyak lemak dan gula dalam diet Anda.
    Para penulis dari situs web ini tahu kasus seorang wanita hamil untuk siapa dokter mengatakan bahwa pertumbuhan bayi sedikit kurang selama 7 bulan kehamilan. Wanita ini mulai mengambil banyak ghee (terutama lemak jenuh) pada Rotis, almond dan sooji halwa halwa. Hal ini menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat oleh perempuan, sementara bayi dalam tumbuh pada tingkat normal. Ini adalah kesalahpahaman di India bahwa seorang ibu hamil harus makan makanan berlemak untuk bayi untuk tumbuh.
    Wanita hamil harus makan diet seimbang yang sehat.
    Jangan Makan Untuk Dua
    Banyak ibu hamil salah berpikir bahwa mereka harus makan untuk dua orang. Perlu diketahui bahwa Anda hanya perlu 200-300 kalori tambahan setiap hari dalam kehamilan, yaitu secangkir susu lemak dikurangi atau yogurt dan jeruk menengah. Hal ini karena tubuh Anda benar-benar menyerap nutrisi lebih dari makanan yang Anda makan selama kehamilan.
    Peneliti Alison Stuebeworking di Brigham dan Women’s Hospital di Boston menemukan bahwa wanita hamil harus menghindari makan untuk dua orang karena penambahan berat badan terlalu banyak dihubungkan dengan komplikasi saat lahir. Wanita hamil yang makan makanan goreng dan produk susu dan makanan untuk dua lebih mungkin untuk mendapatkan sebanyak 35 pound. Wanita dengan diet vegetarian dan makan lebih monounsaturated lemak yang ditemukan dalam minyak zaitun dan kacang pada awal kehamilan adalah setengah kemungkinan untuk mendapatkan jumlah berat yang tidak sehat.

  2. Yulianti (Bidan B)

    nama : yulianti
    prodi : BIDAN B
    NIM : 09D40152

    Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
    a. Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    b. Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

  3. Natalia Erlina Yuni (Bidan A)

    nama : natalia erlina yuni
    prodi : BIDAN A
    nim : 09d40091
    Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
    a. Tujuan Diet
    Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
    1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
    2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
    b. Syarat diet
    Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
    1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
    2). Lemak rendah, yaitu
    3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
    4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
    5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
    6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
    7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I,II, dan III :
    1). Diet hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
    2). Diet hiperemesis II
    Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
    3). Diet hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

  4. Rika Sertia Oktami

    Nama : Rika Sertia Oktami
    NIM : 09D40101
    Prodi : D IV BIDAN A

    JUDUL : DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.

    Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

    Diet

    a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.

    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

    b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

    Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.

    c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
    Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

    Prognosis

    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

  5. Rika Sertia Oktami

    Nama : Rika Sertia Oktami
    NIM : 09D40101
    Prodi : D IV BIDAN A

    JUDUL : DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.

    Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

    Diet

    a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.

    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

    b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

    Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.

    c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
    Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

    Prognosis

    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

    SUMBER : file:///C:/Documents%20and%20Settings/User/My%20Documents/Downloads/DIET%20hYPEREMESIS%20GRAVIDARUM.htm

  6. Rahma Riana Hayati

    Nama : Rahma Riana Hayati
    N I M : 09D40098
    Prodi : Bidan A

    JURNAL PRINSIP DIET PADA KOMPLIKASI KEHAMLAN
    Konsumsi Kedelai Menurunkan Tekanan Darah
    Sumber: Kalbe.co.id(05-Feb-2008)Oleh: YYA

    Dalam penelitian diperkirakan bahwa kedelai memberikan perlindungan terhadap terjadinya hipertensi. Konsumsi kedelai juga diperkirakan mengurangi konsentrasi CRP (C-reactive protein) yang merupakan penanda inflamasi sistemik yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.
    Berdasarkan guideline dari JNC 7 (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, terjadi peningkatan ganda risiko penyakit kardiovaskular, setiap peningkatan 20/10 mmHg. Lebih lanjut lagi, pasien usia 55 tahun dengan tekanan darah normal (<120/80 mmHg), memiliki risiko menderita hipertensi sebesar 90% sepanjang hidupnya. Menurut JNC 7 pula, pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 dan tekanan darah diastolik 80-89, termasuk ke dalam kriteria prehipertensi dan perlu melakukan modifikasi gaya hidup untuk mencegah penyakit kardiovaskular.
    Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah protein kedelai (dibandingkan dengan sumber protein yang lain) dan sebagai bagian dari diet modifikasi gaya hidup Therapeutic Lifestyle Changes (TLC), memberikan manfaat tambahan bagi pasien wanita hipertensi pasca menopause dan wanita dengan tensi normal, dengan kelompok pasien dengan diet TLC yang biasa.
    Diet TLC direkomendasikan oleh National Cholesterol Education Program (NCEP) pada kelompok pasien dengan kondisi medis dan risiko tertentu seeprti LDL kolesterol yang tinggi, gangguan lemak lainnya, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, resistensi insulin atau sindroma metabolik.

  7. Rini Puspita Sari

    DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

    Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. selain itu perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Dimana hal ini akan memicunya pada sirkulasi janin akan ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal dan akan menyebabkan berbagai komplikasi pada janin. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    Kalori basal 25 kal/kgBB ideal.
    Kalori kegiatan jasmani 10-30%.
    Kalori untuk kehamilan 300 kalor.
    Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.

    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    a.Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl.
    b.Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl.
    c.Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%.
    d.Mencegah episode hipoglikemia.
    e.Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik.
    f.Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

    Sumber : file:///C:/Users/MRF/Documents/DIABETES%20MELLITUS%20PADA%20KEHAMILAN%20%C2%AB%20Referensi%20Kesehatan.htm

  8. Rini Puspita Sari

    Nama : Rini Puspita Sari
    Nim : 09D40102
    Prody : Bidan A

    DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

    Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. selain itu perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Dimana hal ini akan memicunya pada sirkulasi janin akan ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal dan akan menyebabkan berbagai komplikasi pada janin. Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    Kalori basal 25 kal/kgBB ideal.
    Kalori kegiatan jasmani 10-30%.
    Kalori untuk kehamilan 300 kalor.
    Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.

    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    a.Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl.
    b.Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl.
    c.Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%.
    d.Mencegah episode hipoglikemia.
    e.Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik.
    f.Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

    Sumber : file:///C:/Users/MRF/Documents/DIABETES%20MELLITUS%20PADA%20KEHAMILAN%20%C2%AB%20Referensi%20Kesehatan.htm

  9. rahmi noerdiana hidayati (bidan A)

    Nama : Rahmi Noerdiana H
    NIM : 09D40099
    Prodi : Bidan A

    HINDARI KONSUMSI COKLAT YANG BERLEBIH SAAT KEHAMILAN
    Coklat adalah makanan kegemaran wanita, tapi jika sedang hamil kurangi makan makanan manis ini, karena dapat menyebabkan DMG. DMG adalah bentuk intoleransi glukosa yang terdapat di dalam darah selama kehamilan berlangsung. Gejala penyakit ini, Anda akan merasa sering kehausan, sering buang air kecil, lesu, dan lemah. Terdapat beberapa faktor utama seorang ibu hamil menderita DMG, pertama karena faktor keturunan, berusia lebih dari 35 tahun, dan kelebihan berat badan di mana indeks tubuhnya lebih dari 30.
    Dampak DMG pada ibu hamil bisa berupa terkena komplikasi seperti hipertensi, gangguan ginjal, kelainan pembuluh darah, keguguran, janin mati dalam lahir, kelainan congenital atau cacat bawaan, dan giant baby . Oleh karena itu sangat penting bagi Anda untuk menjaga tingkat gula selama kehamilan, melalui cara sebagai berikut :
    • Hindari makanan mengandung kalori tinggi seperti bisukit dan roti manis, es krim, coklat dan lainnya.
    • Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks ( kacang-kacangan, makanan yang mengandung sagu, biji-bijian, dan lainnya).
    • Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat (buah-buahan, sayuran, roti gandum dan lainnya).
    • Lakukan diet rendah lemak (mentega, krim, daging sedikit lemak, dan lainnya).
    • Hindari makanan yang digoreng.
    • Bagi Anda yang sudah menderita penyakit ini sebelum kehamilan, maka harus melakukan pengawasan ketat terhadap gula darah dalam tubuhnya. Namun bagi Anda yang tidak memiliki riwayat medis ini atau belum mengetahui apakah menderita penyakit ini, lakukanlah screening di awal kehamilan dan di trisemster ke-3 kehamilan.
    • Jika Anda divonis menderita DMG, lakukan diet ketat. Dan perlu diketahui, kebutuhan protein ibu hamil adalah 1-1,5 gram per kilogram berat badan, dan 25 kalori per kilogram berat badan ideal. Namun keperluan kalori ibu hamil akan selalu meningkat setiap harinya yakni sebanyak 300 kalori semasa trimester kedua dan ketiga kehamilan.
    • Jika terapi diet selama dua minggu gagal membuat kadar gula belum normal, maka lakukanlah terapi insulin yang memerlukan pengawasan ketat dari dokter.

  10. Devi Roselina

    Nama : Devi Roselina
    Nim : 09d40067
    Prodi : DIV kebidanan A

    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan

    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    • Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    • Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    • Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    • Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    • Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    • Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    • Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
    • Mencegah episode hipoglikemia
    • Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
    • Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
    Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
    Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
    Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
    Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.

  11. Nama : Khairunnisa
    Nim : 09D40084
    Prodi : DIV kebidanan (a)

    Eklampsia
    Definisi
    Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia.
    Gejala dan Tanda
    1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain
    2. Gangguan penglihatan à pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
    3. Iritabel à ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan lainnya
    4. Nyeri perut à nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
    5. Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema, dan proteinuria)
    6. Kejang-kejang dan / atau koma
    Tujuan pengobatan :
    1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
    2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
    3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
    4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
    Pengobatan Konservatif
    Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
    Pengobatan Obstetrik
    1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin
    2. Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu
    Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
    Pencegahan
    Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi.

  12. asniyati bidan B

    Prinsip Diet pada Komplikasi Kehamilan
    Hubungan Gizi dengan Anemia Pada Kehamilan
    Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat.
    Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin.
    Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
    Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.
    Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.
    Penanggulangan anemia – terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang telah menikah prahamil – sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan.
    Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka, alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya berbentuk susu atau roti.
    Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.
    Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.
    Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan.

    http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/tujuh-dari-10-wanita-hamil-terkena-anemia.html#ixzz0pkUOxjo3

  13. hariati bidan B

    Nama : Hariati
    Nim : 09D40120
    Kelas : B

    Diet Ibu Hamil Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan

    Menjalankan diet saat hamil memang tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu perkembangan janin. Namun, ada beberapa ibu yang harus menjalankan diet pada saat kehamilannya, dimana diet yang dijalankan atas ijin dan petunjuk dari dokter kandungannya. Adapun faktor-faktor yang mengharuskan seorang ibu hamil untuk melakukan diet, salah satunya adalah kelebihan berat badan. Mengalami kenaikan berat bedan yang terlalu drastis pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan Anda dan bayi tentunya. Oleh karena itu, untuk para ibu hamil yang diharuskan diet, hendaknya mengikuti diet makan sehat khusus untuk ibu hamil. Saat hamil, tubuh Anda membutuhkan lebih banyak konsumsi protein, kalori (untuk energi) sebanyak 300 kalori perhari, vitamin dan mineral seperti asam folat dan zat besi untuk perkembangan bayi. Beberapa prinsip makan yang baik selama kehamilan dengan melakukan cara dan diet makan yang sehat, tidak saja membuat ibu hamil fit dan sehat, tapi juga untuk perkembangan yang sehat bagi bayi dalam kandungan Anda. Untuk itu, kita perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip makan yang baik selama kehamilan, diantaranya: Selalu sarapanUsahakan untuk selalu mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat sarapan. Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan lebih banyak pada waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan sarapan juga menyebabkan keluhan berupa kepala pening, mual, dan lain-lain. Susun daftar makanan Anda Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar Anda tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan dan mengatur asupan kalori harian Anda. Pilih makanan yang berserat serta rendah kandungan lemak dan gula Karena konsumsi gula yang berlebihan cenderung menimbulkan perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai makanan selingan. Usahakan untuk mengolah makananBisa dengan cara dibakar, dipanggang, atau dikukus. Termasuk pada saat Anda harus mengunjungi rumah makan, jangan ragu untuk menanyakan proses yang digunakan untuk memasak makanan yang Anda pesan. Jadikan buah sebagai camilan sehat Anda Selain bisa mengurangi kemungkinan konsumsi cemilan yang tinggi lemak dan gula, hal tersebut juga membantu Anda mengurangi jumlah pengeluaran. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hariSeringkali dehidrasi disalah artikan dan dianggap sebagai rasa lapar. Indikasinya, bila Anda sudah memenuhi kebutuhan harian Anda tapi masih merasa lapar, berarti yang Anda butuhkan yaitu minum air yang lebih banyak. Jangan dengarkan orang-orang yang meminta Anda untuk banyak makanMasih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil harus banyak makan. Sebenarnya, pandangan itu tidak benar. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, saat Anda diminta untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang banyak. Katakan secara halus bahwa Anda sudah kenyang.

  14. Mahmada Erma bidan B

    Nama:Mahmada Erma (09D40130)
    Prodi:DIV.Bidan klinik&Pendidik (Bidan B)
    Judul:Diabetes Melitus Pada Kehamilan

    DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
    Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
    Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
    Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
    Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
    Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    Pengelolaan medis
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    − Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    − Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    − Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    − Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    − Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    − Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    − Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) l0x/12 jam).
    – Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
    – Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
    – Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
    – Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
    One Reply
    Sumber:
    retna
    July 10, 2009 at 9:39 am

  15. Malati bidan B

    Nama:MELATI
    Nim:09D40131
    Kelas:Bidan B

    Diabetes

    Diabetes (lengkapnya diabetes mellitus) adalah penyakit yang timbul akibat terlalu tingginya kadar glukosa dalam darah (gula darah). Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl (pada kondisi puasa), 100-180 mg/dl (kondisi setelah makan), dan 100-140 mg/dl (pada kondisi istirahat/tidur). Beragamnya kisaran gula darah normal di atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan perbedaan pola makan. Gula darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi sebagai penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh.
    Organ-organ di atas tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa adanya glukosa. Untuk menjamin suplai glukosa yang terus-menerus, tubuh menyimpan cadangan glukosa di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Kelebihan glukosa lebih lanjut akan diubah menjadi lemak, yang perubahannya terjadi dalam hati. Mekanisme oksidasi glukosa menjadi energi, perubahan glukosa menjadi glikogen (glikogenesis), dan perubahan glukosa menjadi lemak (lipogenesis) terutama diatur oleh hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.
    Pada penderita diabetes, terjadi ketidakseimbangan kinerja insulin pada mekanisme pengaturan gula darah tersebut, akibatnya kadar gula darah menjadi tinggi (dapat mencapai 240 mg/dl).
    Hingga tahun 1998, menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes di Indonesia menduduki peringkat ke-6 di Asia, dan diperkirakan pada tahun 2005, jumlahnya akan mencapai 12 juta orang (Kompas, 23/8/2000).
    Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan pola konsumsi karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam bentuk kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar (karbohidrat sederhana) dan lemak tinggi, serta rendah serat.
    Terdapat dua tipe diabetes, yaitu insulin-dependent diabetes mellitus (tipe 1) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus (tipe 2).
    Pada diabetes tipe 1, pankreas mengalami kerusakan sehingga tidak menghasilkan hormon insulin dalam jumlah memadai, sementara diabetes tipe 2 disebabkan oleh tidak optimalnya kinerja hormon insulin pada mekanisme pengaturan gula darah.
    Diabetes tipe 2, terutama berisiko diderita oleh mereka yang berumur lebih dari 40 tahun, mempunyai riwayat diabetes, serta memiliki berat badan berlebih dan terbiasa mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi. Penderita diabetes tipe 2, relatif lebih mudah diatasi melalui upaya pengaturan pola makan, olahraga teratur, dan obat-obatan untuk merangsang produksi insulin.

    Hingga saat ini, pengaturan menu pada penderita diabetes terutama didasarkan pada proporsi karbohidrat. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa karbohidrat dari semua jenis bahan pangan pada jumlah yang sama akan memberikan pengaruh yang sama terhadap peningkatan kadar gula darah. Asumsi yang harus ditinjau ulang dengan adanya konsep indeks glisemik. Hasil-hasil penelitian nilai indeks glisemik menunjukkan bahwa karbohidrat dari jenis bahan pangan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kadar gula darah dan respons insulin walaupun diberikan dalam jumlah yang sama.

    Indeks glisemik

    Indeks glisemik (Glycemic Index) merupakan karakteristik fisiologis suatu bahan pangan yang dievaluasi berdasarkan pengaruhnya terhadap peningkatan kadar gula darah. Sebagai indikator evaluasi, digunakan senyawa glukosa murni sebagai standard dengan nilai indeks glisemik 100.
    Penentuan nilai indeks glisemik suatu bahan pangan ditentukan berdasarkan perbandingan luar kurva perubahan kadar glukosa darah hingga 2-3 jam setelah pemberian, antara bahan pangan tersebut dengan luas kurva glukosa sebagai standard. Sebagai contoh, bahan pangan dengan luas kurva 90 persen dari luas kurva glukosa berarti memiliki nilai indeks glisemik 90.
    Berdasarkan karakteristik nilai indeks glisemiknya, bahan pangan dikelompokkan menjadi bahan pangan dengan indeks glisemik tinggi (>70), indeks glisemik sedang (55-70), dan indeks glisemik rendah (<55).
    Secara umum, karbohidrat dalam bentuk sederhana, yang akan dimetabolisme oleh enzim-enzim pencernaan secara cepat akan memiliki nilai indeks glisemik yang tinggi. Sebaliknya, karbohidrat dalam bentuk kompleks (pati dan oligosakarida), yang akan dimetabolisme lebih lambat akan memiliki nilai indeks glisemik yang rendah. Selain berdasarkan kompleksitas, nilai indeks glisemik juga diduga akan dipengaruhi oleh karakteristik karbohidrat lainnya, misalnya kelarutan, derajat polimerisasi, dan bentuk ikatan polimernya yang secara tidak langsung menentukan mudah/tidaknya suatu karbohidrat terabsorpsi oleh tubuh. Nilai indeks glisemik beberapa bahan pangan penting, dapat dilihat pada tabel.

    Produk pangan

    Peluang diaplikasikannya nilai indeks glisemik sebagai parameter optimasi pada formulasi produk pangan untuk penderita diabetes, didasarkan pada hasil penelitian bahwa nilai indeks glisemik produk pangan campuran (tersusun dari beberapa bahan pangan tunggal), tidak memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan nilai kumulatif indeks glisemik bahan pangan tunggal penyusunnya. Upaya untuk menentukan nilai indeks glisemik produk pangan tersebut dapat ditentukan secara langsung, ataupun secara tidak langsung berdasarkan nilai indeks glisemik bahan pangan tunggal penyusunnya.
    Melalui penggunaan konsep indeks glisemik, dapat diupayakan formulasi suatu produk pangan dengan susunan gizi yang seimbang (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) tetapi memiliki nilai indeks glisemik lebih rendah.

    Berdasarkan nilai indeks glisemiknya yang rendah, kacang-kacangan (sumber karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin) merupakan bahan baku utama yang amat potensial untuk dikembangkan. Upaya fortifikasi tetap diperlukan, untuk melengkapi asam-asam amino, mineral, dan vitamin tertentu yang secara alamiah terdapat dalam jumlah yang rendah pada produk kacang-kacangan. Upaya fortifikasi dengan serat makanan dalam jumlah tertentu juga diperlukan, karena selain efek hipokolesterolemik dan laksasinya, serat makanan juga terbukti dapat menurunkan nilai indeks glisemik produk.
    Penggunaan konsep indeks glisemik pada formulasi produk pangan dan penyusunan menu bagi penderita diabetes, seolah-olah seperti menyadarkan kita kembali bahwa pola makan nenek moyang bangsa kita dalam bentuk konsumsi kacang-kacangan dan sayur-sayuran (pecel, karedok, dan banyak makanan tradisional lainnya) merupakan jawaban mengapa pada masa lampau jarang kita temui adanya kasus diabetes pada masyarakat kita.

  16. Nama : Fitri Hayati
    NIM : 09D40078
    Prodi : DIV Kebidanan (A)
    Tema : Diet Komplikasi Kehamilan PreEklampsia
    Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    Bahan Makanan Sehari
    Bahan Makanan Diet Pre-eklamsia I Diet Pre-eklamsia II Diet Pre-eklamsia III
    Berat (g Jumlah Berat (g) Jumlah Berat (g) Jumlah
    Beras – – 150 3 gls tim 200 4 gls tim
    Telur – – 50 1 btr 50 1 btr
    Daging – – 100 2 ptg 100 2 ptg sdg
    Tempe – – 50 2 ptg 100 4 ptg sdg
    Sayuran – – 200 2 gls 200 2 gls
    Sari buah/buah 1000 5 400 4 ptg sdg 400 4 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 80 8 30 3 sdm 30 3 sdm
    Minyak nabati – – 15 1 ½ sdm 25 2 ½ sdm
    Susu bubuk * 75 15 25 5 sdm 50 10 sdm
    *) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi
    Nilai gizi
    Diet Pre eklamsia
    I Diet Pre eklamsia
    II Diet Pre eklamsia III
    Energi (kkal) 1032 1604 2128
    Protein (g) 20 56 80
    Lemak (g) 19 44 63
    Karbohidrat (g) 211 261 305
    Kalsium (mg) 600 500 800
    Besi (mg) 6,9 17,3 24,2
    Vitamin A (RE) 750 2796 3035
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 246 212 213
    Natrium (mg) 228 248
    .
    Pembagian bahan makanan sehari
    Waktu Bahan Makanan Jumlah
    Pukul 06.00 Teh 1 gls
    Pukul 08.00 Sari tomat 1 gls
    Susu 1 gls
    Pukul 10.00 Sari jeruk 1 gls
    Pukul 13.00 Sari alpokat 1 gls
    Susu 1 gls
    lPukul 16.00 Sari tomat 1 gls
    susu 1 gls
    Pukul 18.00 Sari pepaya 1 gls
    Sari jeruk 1 gls
    Pukul 20.00 Teh 1 gls
    Susu 1 gls

    Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & III
    Waktu Bahan makanan Diet pre eklamsia II Diet pre eklamsia III
    Berat (g) urt Berat(g) urt
    Pagi Beras 50 1 gls tim 50 1 gls tim
    Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr
    Sayuran 5 ½ sdm 50 ½ sdm
    Minyak 5 5 sdm 5 ½ sdm
    Susu bubuk 25 1 sdm 25 5 sdm
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Pukul 10.00 Buah 100 1 ptg sdg pepaya 100 1 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Siang Beras 50 1 gls nasi 75 1 ½ gls nasi
    Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tahu 50 ½ bh besar 100 1 bh besar
    Sayuran 75 ¾ gls 100 1 bh besar
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm
    Pukul 16.00 Buah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Susu bubuk – – 25 5 sdm
    Malam Beras 50 1 gls nasi 75 1½ gls nasi
    Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tempe 25 1 ptg dg 50 2 ptg sdg
    Sayuran 75 ¼ gls 75 ¾ gls
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm

    Contoh menu sehari
    Pagi Siang Malam
    Nasi tim Nasi tim Nasi tim
    Telur ceplok air Daging bumbu terik Ikan bumbu kuning
    Tumis kacang panjang toge Tahu bacam Gandong tahu
    Susu pisang Jeruk
    Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20,00
    Selada buah Jeruk The

    Sumber : http://911medical.blogspot.com/2010/05/askep-preeklamsia-makalah-diet-ibu.html

  17. Irna Risdianty

    Nama : Irna Risdianty
    NIM : 09D40123
    Prodi : DIV Kebidanan ( B )

    DIET IBU HAMIL YANG MENDERITA PRE EKLAMPSIA
    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    • Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    3. Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    4. Mencapai keseimbangan nitrogen
    5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan

    • Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat
    badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
    • Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.

    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

  18. Nama : Juairiah
    Nim : 09D40083
    Prodi : DIV Kebidanan
    Kelas : A
    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    1.Pengelolaan medis
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
    Mencegah episode hipoglikemia
    Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
    Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
    Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
    Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
    2.Pengelolaan obstetrik
    Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
    Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
    Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara pengukuran tinggi fundus uteri,yaitu:
    1. NST – USG serial
    2. Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
    5. Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
    6. Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
    7. Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

  19. Nama : Khairun nisa
    Nim : 09D40125
    Prodi : DIV Kebidanan
    Kelas : B
    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    1.Pengelolaan medis
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
    Mencegah episode hipoglikemia
    Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
    Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
    2.Pengelolaan obstetrik
    Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara pengukuran tinggi fundus uteri,yaitu:
    1. NST – USG serial
    2. Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam).
    5. Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
    6. Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
    7. Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.

  20. ELISA SEMI HARDINI

    Nama : Elisa Semi ardini
    Nim : 09D40117
    Prodi : DIV Kebidanan B
    Tema : Penanganan Diabetes Gestational Pada Ibu Hamil
    Penanganan Diabetes Gestational Pada Ibu Hamil
    Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.
    Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
    1. Diet
    Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
    2. Olahraga
    Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah
    3.Pengobatan insulin
    Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
    Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA maupun ACOG karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pancreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

    SUMBER:
    http://www.klikdokter.com/illness/detail/124

  21. ELISA SEMI HARDINI

    Nama : Elisa Semi hardini
    Nim : 09D40117
    Prodi : DIV Kebidanan ( B )

    Penanganan Diabetes Gestational Pada Ibu Hamil
    Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.
    Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
    1. Diet
    Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
    2. Olahraga
    Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah
    3.Pengobatan insulin
    Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
    Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA maupun ACOG karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pancreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

    SUMBER:
    http://www.klikdokter.com/illness/detail/124

  22. NAMA : MAWAR
    NIM : 09D40133
    PRODI : DIV KEBIDANAN
    DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

  23. Fahriana Hafizah

    NAMA : FAHRIANA HAFIZAH
    NIM : 09D4
    PRODI : DIV KEBIDANAN

    Diet ibu hamil dengan anemia

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

    • Fahriana Hafizah

      NAMA : FAHRIANA HAFIZAH
      NIM : 09D40118
      PRODI : DIV KEBIDANAN ( B )

      Diet ibu hamil dengan anemia

      Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
      Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
      1) Makanan yang kurang bergizi.
      2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
      3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
      4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
      Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
      Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
      1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
      2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
      à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
      3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
      à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
      4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
      à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
      Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

  24. Rafikatul Huda

    Nama : Rafikatul Huda
    N I M : 09D40139
    Prodi : DIV Kebidanan
    Kelas : Bidan B
    Hubungan Gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil
    Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup besar pada ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk. Masalah gizi kurang pada ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan kejadian anemia.
    Kekurangan zat besi (anemia) dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
    Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan upaya mempertahankan kondisi gizi yang baik pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.

  25. Nama: Ona Bayiti
    NIM: 09D40137
    Prodi: Bidan B
    PRINSIP DIET PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    • Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    • Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    • Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    • Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    • Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    • Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    • Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
    • Mencegah episode hipoglikemia
    • Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
    • Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
    Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
    Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
    Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.
    Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI

  26. Reka Rahmawati

    Nama : Tri Handayani
    Nim : 09D40149
    Kelas : Bidan B
    Prodi : DIV Bidan Pendidik

    Diet Serat Cegah Komplikasi Kehamilan
    Mengonsumsi lebih banyak serat selama trisemester pertama masa kehamilan dapat mengurangi risiko preklamsia –kondisi fatal akibat naiknya tekanan darah– pada ibu hamil. Temuan ini menjadi satu alasan lain mengapa ibu hamil harus memperbanyak konsumsi serat .
    Selain itu peneliti juga mendapati kandungan triglyceride pada tubuh mereka juga lebih rendah sementara tingkat HDL atau kolesterol positif mereka lebih tinggi.
    Mengkonsumsi suplemen secara teratur dan mengikuti panduan diet gaya hidup sehat sama efektifnya dengan mengonsumsi obat guna mengurangi tingkat low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dalam tubuh

    1. Diet Diabetes Gestasional Pada Kehamilan
    Risiko diabetes pada ibu hamil memang cukup tinggi. Kenali gejalanya sedini mungkin agar dapat diatasi dengan tepat dan tidak meninggalkan risiko pada janin Anda. Diabetes dapat didiagnosis dengan 2 pemeriksaan, yaitu gula darah puasa dan gula darah sewaktu (2 jam setelah makan). Batasan gula darah puasa 100 mg/dl, dan batasan gula darah sewaktu 140 mg/dl. Lebih dari itu digolongkan diabetes.gejala gejala diabetes : Banyak kencing (poliuria) , Banyak minum (polidipsia) , Banyak makan (polifagia) , Berat badan turun drastis , Keluhan yang sering dihubungkan dengan diabetes: sering bisulan, gatal-gatal di kulit dan kemaluan, keputihan, cepat lelah, sering mengantuk, kesemutan.
    cara mengobati diabetes ;
    1 . Diet.
    Kurangi konsumsi gula sederhana -biasanya terdapat pada minuman dan camilan manis– dan atur pola makan sesuai kebutuhan kalori ibu hamil. jika kalori kurang, berisiko terjadi hipoglikemia (kadar gula darah turun drastis ditandai lemas, keringat dingin dan pingsan). Kalau turun, lanjutkan diet. Jika tidak turun atau malah naik, diet disertai langkah berikutnya.
    2. Kontrol darah berkala .
    3. Suntik insulin.
    Karena selama hamil tidak boleh makan obat-obatan penekan gula darah yang merangsang produksi insulin, maka digunakan suntikan insulin. Pemberian insulin tidak berakibat buruk bagi janin, justru memastikan janin tumbuh baik, dan meminimalkan risiko komplikasi lainnya.
    4. Pantau hipoglikemi

    2 . DIET PRE EKLAMPSIA
    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal , Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal , Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan , Mencapai keseimbangan nitrogen , Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal , Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi .

    3. DIET HIPEREMESIS
    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/24/23367/Diet-Serat-Cegah-Komplikasi-Kehamilan

  27. Reka Rahmawati

    Nama : Reka Rahmawati
    Nim :09D40140
    Kelas : Bidan B

    Diet Serat Cegah Komplikasi Kehamilan
    Mengonsumsi lebih banyak serat selama trisemester pertama masa kehamilan dapat mengurangi risiko preklamsia –kondisi fatal akibat naiknya tekanan darah– pada ibu hamil. Temuan ini menjadi satu alasan lain mengapa ibu hamil harus memperbanyak konsumsi serat .
    Selain itu peneliti juga mendapati kandungan triglyceride pada tubuh mereka juga lebih rendah sementara tingkat HDL atau kolesterol positif mereka lebih tinggi.
    Mengkonsumsi suplemen secara teratur dan mengikuti panduan diet gaya hidup sehat sama efektifnya dengan mengonsumsi obat guna mengurangi tingkat low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dalam tubuh

    1. Diet Diabetes Gestasional Pada Kehamilan
    Risiko diabetes pada ibu hamil memang cukup tinggi. Kenali gejalanya sedini mungkin agar dapat diatasi dengan tepat dan tidak meninggalkan risiko pada janin Anda. Diabetes dapat didiagnosis dengan 2 pemeriksaan, yaitu gula darah puasa dan gula darah sewaktu (2 jam setelah makan). Batasan gula darah puasa 100 mg/dl, dan batasan gula darah sewaktu 140 mg/dl. Lebih dari itu digolongkan diabetes.gejala gejala diabetes : Banyak kencing (poliuria) , Banyak minum (polidipsia) , Banyak makan (polifagia) , Berat badan turun drastis , Keluhan yang sering dihubungkan dengan diabetes: sering bisulan, gatal-gatal di kulit dan kemaluan, keputihan, cepat lelah, sering mengantuk, kesemutan.
    cara mengobati diabetes ;
    1 . Diet.
    Kurangi konsumsi gula sederhana -biasanya terdapat pada minuman dan camilan manis– dan atur pola makan sesuai kebutuhan kalori ibu hamil. jika kalori kurang, berisiko terjadi hipoglikemia (kadar gula darah turun drastis ditandai lemas, keringat dingin dan pingsan). Kalau turun, lanjutkan diet. Jika tidak turun atau malah naik, diet disertai langkah berikutnya.
    2. Kontrol darah berkala .
    3. Suntik insulin.
    Karena selama hamil tidak boleh makan obat-obatan penekan gula darah yang merangsang produksi insulin, maka digunakan suntikan insulin. Pemberian insulin tidak berakibat buruk bagi janin, justru memastikan janin tumbuh baik, dan meminimalkan risiko komplikasi lainnya.
    4. Pantau hipoglikemi

    2 . DIET PRE EKLAMPSIA
    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal , Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal , Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan , Mencapai keseimbangan nitrogen , Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal , Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi .

    3. DIET HIPEREMESIS
    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/24/23367/Diet-Serat-Cegah-Komplikasi-Kehamilan

  28. Dwi Rini Sulistyowati

    Nama : Dwi Rini Sulistyowati
    Nim : 09D40115
    Kelas : Bidan B

    Diet Serat Cegah Komplikasi Kehamilan
    Mengonsumsi lebih banyak serat selama trisemester pertama masa kehamilan dapat mengurangi risiko preklamsia –kondisi fatal akibat naiknya tekanan darah– pada ibu hamil. Temuan ini menjadi satu alasan lain mengapa ibu hamil harus memperbanyak konsumsi serat .
    Selain itu peneliti juga mendapati kandungan triglyceride pada tubuh mereka juga lebih rendah sementara tingkat HDL atau kolesterol positif mereka lebih tinggi.
    Mengkonsumsi suplemen secara teratur dan mengikuti panduan diet gaya hidup sehat sama efektifnya dengan mengonsumsi obat guna mengurangi tingkat low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dalam tubuh

    1. Diet Diabetes Gestasional Pada Kehamilan
    Risiko diabetes pada ibu hamil memang cukup tinggi. Kenali gejalanya sedini mungkin agar dapat diatasi dengan tepat dan tidak meninggalkan risiko pada janin Anda. Diabetes dapat didiagnosis dengan 2 pemeriksaan, yaitu gula darah puasa dan gula darah sewaktu (2 jam setelah makan). Batasan gula darah puasa 100 mg/dl, dan batasan gula darah sewaktu 140 mg/dl. Lebih dari itu digolongkan diabetes.gejala gejala diabetes : Banyak kencing (poliuria) , Banyak minum (polidipsia) , Banyak makan (polifagia) , Berat badan turun drastis , Keluhan yang sering dihubungkan dengan diabetes: sering bisulan, gatal-gatal di kulit dan kemaluan, keputihan, cepat lelah, sering mengantuk, kesemutan.
    cara mengobati diabetes ;
    1 . Diet.
    Kurangi konsumsi gula sederhana -biasanya terdapat pada minuman dan camilan manis– dan atur pola makan sesuai kebutuhan kalori ibu hamil. jika kalori kurang, berisiko terjadi hipoglikemia (kadar gula darah turun drastis ditandai lemas, keringat dingin dan pingsan). Kalau turun, lanjutkan diet. Jika tidak turun atau malah naik, diet disertai langkah berikutnya.
    2. Kontrol darah berkala .
    3. Suntik insulin.
    Karena selama hamil tidak boleh makan obat-obatan penekan gula darah yang merangsang produksi insulin, maka digunakan suntikan insulin. Pemberian insulin tidak berakibat buruk bagi janin, justru memastikan janin tumbuh baik, dan meminimalkan risiko komplikasi lainnya.
    4. Pantau hipoglikemi

    2 . DIET PRE EKLAMPSIA
    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal , Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal , Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan , Mencapai keseimbangan nitrogen , Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal , Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi .

    3. DIET HIPEREMESIS
    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/24/23367/Diet-Serat-Cegah-Komplikasi-Kehamilan

  29. Mira Yulia Harahap

    Nama :Mira Yulia Harahap
    Nim : 09D40089
    kelas:Bidan A

    . DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/24/23367/Diet-Serat-Cegah-Komplikasi-Kehamilan
    Waler

  30. Novita Hendrawati

    Nama : Novita Hendrawati
    Nim : 09D40093
    Kelas : Bidan A

    DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/24/23367/Diet-Serat-Cegah-Komplikasi-Kehamilan

  31. Lida Sri Haryanti (Bidan B)

    Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia Dan Eklamsia
    a. Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    b. Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    d. Bahan Makanan Sehari
    Bahan Makanan Diet Pre-eklamsia I Diet Pre-eklamsia II Diet Pre-eklamsia III
    Berat (g Jumlah Berat (g) Jumlah Berat (g) Jumlah
    Beras – – 150 3 gls tim 200 4 gls tim
    Telur – – 50 1 btr 50 1 btr
    Daging – – 100 2 ptg 100 2 ptg sdg
    Tempe – – 50 2 ptg 100 4 ptg sdg
    Sayuran – – 200 2 gls 200 2 gls
    Sari buah/buah 1000 5 400 4 ptg sdg 400 4 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 80 8 30 3 sdm 30 3 sdm
    Minyak nabati – – 15 1 ½ sdm 25 2 ½ sdm
    Susu bubuk * 75 15 25 5 sdm 50 10 sdm
    *) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi
    e. Nilai gizi
    Diet Pre eklamsia
    I Diet Pre eklamsia
    II Diet Pre eklamsia III
    Energi (kkal) 1032 1604 2128
    Protein (g) 20 56 80
    Lemak (g) 19 44 63
    Karbohidrat (g) 211 261 305
    Kalsium (mg) 600 500 800
    Besi (mg) 6,9 17,3 24,2
    Vitamin A (RE) 750 2796 3035
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 246 212 213
    Natrium (mg) 228 248
    .
    f. Pembagian bahan makanan sehari
    Waktu Bahan Makanan Jumlah
    Pukul 06.00 Teh 1 gls
    Pukul 08.00 Sari tomat 1 gls
    Susu 1 gls
    Pukul 10.00 Sari jeruk 1 gls
    Pukul 13.00 Sari alpokat 1 gls
    Susu 1 gls
    lPukul 16.00 Sari tomat 1 gls
    susu 1 gls
    Pukul 18.00 Sari pepaya 1 gls
    Sari jeruk 1 gls
    Pukul 20.00 Teh 1 gls
    Susu 1 gls

    g. Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & III
    Waktu Bahan makanan Diet pre eklamsia II Diet pre eklamsia III
    Berat (g) urt Berat(g) urt
    Pagi Beras 50 1 gls tim 50 1 gls tim
    Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr
    Sayuran 5 ½ sdm 50 ½ sdm
    Minyak 5 5 sdm 5 ½ sdm
    Susu bubuk 25 1 sdm 25 5 sdm
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Pukul 10.00 Buah 100 1 ptg sdg pepaya 100 1 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Siang Beras 50 1 gls nasi 75 1 ½ gls nasi
    Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tahu 50 ½ bh besar 100 1 bh besar
    Sayuran 75 ¾ gls 100 1 bh besar
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm
    Pukul 16.00 Buah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Susu bubuk – – 25 5 sdm
    Malam Beras 50 1 gls nasi 75 1½ gls nasi
    Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tempe 25 1 ptg dg 50 2 ptg sdg
    Sayuran 75 ¼ gls 75 ¾ gls
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm
    h. Contoh menu sehari
    Pagi Siang Malam
    Nasi tim Nasi tim Nasi tim
    Telur ceplok air Daging bumbu terik Ikan bumbu kuning
    Tumis kacang panjang toge Tahu bacam Gandong tahu
    Susu pisang Jeruk
    Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20,00
    Selada buah Jeruk The

    http://911medical.blogspot.com/2010/05/askep-preeklamsia-makalah-diet-ibu.html

  32. Norhalimah bidan A

    TERAPI PADA IBU HAMIL YANG TERKENA DM GESTASIONAL
    Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes dalam kehamilan. Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
    1. Diet
    Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari.
    Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).
    2. Olahraga
    Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.
    3. Pengobatan insulin
    Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
    Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA maupun ACOG karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pancreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

  33. Faulina Anjar Puspita

    Nama : Faulina Anjar Puspita
    Nim : 09D40075
    Prodi : Bidan A

    Kontrol Gula Darah Ibu Hamil Diabetisi Lewat Nutrisi
    Selama kehamilan, perkembangan plasenta seringkali mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur gula darah yang dapat mengacu pada kondisi resistan terhadap insulin. Untuk sebagian besar wanita, pankreas meningkatkan produksi insulin untuk memenuhi kebutuhan. Namun sekitar 5 persen dari keseluruhan kehamilan, produksi insulin menjadi sangat pendek sehingga muncul diabetes gestational pada ibu hamil seperti dilansir diabeticmommy, baru-baru ini.
    Jika dibiarkan tanpa perawatan, diabetes gestational dapat membahayakan nyama dari ibu dan bayi. Untuk ibu, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, preeklampsia, infeksi kandung kemih dan memicu diabetes di masa depan.
    Sementara itu, untuk bayi maka akan meningkatkan risiko berat badan tinggi. Selain itu sirkulasi kadar gula darah tak normal dapat menyebabkan kekurangan gula darah atau hypoglecemia setelah persalinan, kadar mineral yang rendah dalam darah, sakit kuning hingga meningkatkan risiko trauma setelah persalinan. Seiring dengan perkembangan bayi, maka dia akan berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 pada usia yang sangat muda.
    Pada sebagian besar kasus ibu hamil, sebagian besar dapat dikontrol dengan diet dan olahraga. Tentu saja konsultasi nutrisi dan monitor teratur oleh dokter ahli kandungan dan ahli gizi sangat dibutuhkan untuk kontrol gula darah optimal.
    Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari tingginya kadar gula darah untuk ibu hamil, antara lain:
    • Konsumsi kalori secukupnya setiap hari untuk mendukung perkembangan janin tanpa makan berlebihan. Rata-rata wanita membutuhkan 2.200-2.400 kalori per hari untuk tetap sehat dan menjaga berat badan normal. Anda juga dapat menggunakan kalkulator kalori kehamilan untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan umur dan usia kehamilan.
    • Makanan yang dikonsumsi harus seimbang. Kurangi sedikit asupan karbohidrat. Sekitar 40% kalori seharusnya diperoleh dari karbohidrat dan 30% berasal dari protein. Untuk asupan kaliori 2.200 per hari maka 200 gram dari sumber karbohidrat yang dibagi untuk tiga kali waktu makan dan dua kali camilan.
    • Tetapkan waktu makan dan jangan lewatkan satu kali pun. Hal itu akan membuat kadar gula darah tetap stabil dan menghindari Anda dari makan berlebihan.
    • Hindari makanan yang mengandung karbohidrat olahan seperti gula, tepung olahan dan jus buah. Pilih makanan dari gandum utuh yang tinggi serat, karena akan dicerna dan dilepaskan pada aliran darah lebih lambat. Meningkatkan asupan serat juga dapat membantu menghindari sembelit selama kehamilan.
    • Sebagian besar pengganti gula aman bagi kehamilan dengan jumlah yang cukup. Kecuali untuk pemanis saccharin yang dapat melewati plasenta dan tersimpan dalam jaringan janin.
    • Selama dokter Anda menyetujui, maka lakukan aktivitas fisik selama 30 menit beberapa kali setiap minggu. Berolahraga akan menjaga kadar gula darah serta berat badan dan membantu Anda lebih mudah menurunkan berat badan usai persalinan ke berat badan normal.
    • Miliki catatan pola makan selama hamil untuk memastikan Anda mengontrol pola makan dan kadar gula darah. Hal itu dapat membantu Anda mengidentifikasi adanya kelainan atau gangguan saat hamil.

    Read more: http://indodiabetes.com/kontrol-gula-darah-ibu-hamil-diabetisi-lewat-nutrisi.html#ixzz0pytHcOam

  34. Purwati (Bidan B)

    diet komplikasi kehamilan pada Preeklampsia

    Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998).

    . Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

  35. Faulina Anjar Puspita

    NAMA : EMILISNAWATI
    NIM : 09D40072
    PRIODI : DIV BIDAN KLINIK DAN PENDIDIK
    MK : GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
    DOSEN PEMBIMBING : RUSMAN EFENDI SKM,Msi

    PERAWATAN WANITA DEABETES M ELITUS SELAMA KEHAMILAN
    Pada trimester pertama:
    • Pemeriksaan obstetric secara rutin,konfirmasi status metabolic setiap 3-4 minggu;pemeriksaan urin sebanyak dua kali seminggu
    • Kontrol serta konfirmasi status metabolik dirumah sakit terhadap fungsi ginjal dan status vascular
    • Sonografi dini untuk menetapkan durasi kehamilan
    • Rawat inap jika dijumpai kondisi abnormal
    Pada trimester kedua :
    • Pemeriksaan obstetric dan konfirmasi status metabolic setiap dua minggu sekali
    • Krining sonografi untuk kemungkinan malformasi serta AFP serum pada minggu kehamilan ke-16 sampai ke-18,disertai amniosentesis bila terdapat indikasi,dan pengukuran peningkatan berat badan.
    • Pemeriksaan oftalmoskopi
    • Rawat inap jika terdapat temuan abnormal
    Pada trimaester ketiga :
    • Pemeriksaan obstetric dan metabolic setiap minggu
    • Pemeriksaan peningkatan berat badan menggunakan ultrasonografi sedikitnya dua minggu sekali,disertai pemeriksaan insulin cairan ketuban bila terdapat indikasi
    • Rekaman KTG : sejak minngu ke-27 sekali seminggu
    Sejak minggu ke-32 dua kalin seminggu
    Sejak minggu ke-36 setiap dua hari sekali
    Selanjutnya setiap hari sampai tanggal perkiraan persalinan.
    Jika meragukan,lakukan surpervisi KTG secara lebih ketat.
    • Pemeriksaan oftalmologika
    • Rawat inap jika dijumpai kelainan: jika direncanakan persalinan pervaginam,lakukan induksi mpersalinan pada tanggal yang diperkirakan.

    SUMBER : ARTIKEL

  36. Faulina Anjar Puspita

    NAMA : SITI ANITA
    NIM : 09D40105
    PRIODI : D4 BIDAN KLINIK DAN PENDIDIK
    MK : GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
    DOSEN PEMBIMBING : RUSMAN EFENDI SKM,Msi
    TUGAS:
    PENANGANAN PREEKLAMSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
    Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama,kecuali persalinan harus berlangsung 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.semua kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus ditangani secara aktif.Penanganan konsevatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih.
    Penanganan kejang :
    – Beri obat antikonvulsan
    – Perlengkapan untuk menanngani kejang(jalan nafas,sedotan,masker dan balon,serta oksigen)
    – Beri oksigen 4-6 liter perhari
    – Lindingi pasien dari kemungkinan trauma,tetapi jangan diikat terlalu keras
    – Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
    – Setelah kejang,aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
    Penanganan yang umum :
    – Jika tekanan diastolic tetap lebih dari 110 mmhg,berikan obat antihipertensi,sampai tekanan diastolic antara 90-100 mmhg
    – Pasang infuse dengan jarum besar
    – Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload cairan.
    – Katerisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
    – Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam:
    • Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCL 0,9 % atau Ringer Laktat ) pada kecepatan 1 liter per 8 jam:
    • Pantau kemungkinan terjadi edema paru..
    – Jangan tinggalkan pasien sendirian,Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
    – Observasi tanda-tanda vital,reflex,dan denyut jantung janini setiap jam
    – Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
    – Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana,jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit kemungkinan terdapat koagulopati

    SUMBER : ARTIKEL

  37. Dewi siti komsiyah bidan A

    dewi siti komsiyah
    Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
    Diabetes Mellitus Gestasional (DMG adalah DM yang terjadi pada wanita hamil. Penyebabnya antara lain faktor plasenta dengan dari faktor ibu. Faktor Plasenta : adanya enzim insulinase yang dapat merusak insulin dalam plasma. Faktor ibu : pada wanita hamil kadar kostisol meningkat 3X dari keadaan sebelum hamil. DMG sifatnya sementara, setelah melahirkan biasanya akan kembali normal, namun perlu hati – hati dan waspada karena DMG dapat berkembang menjadi DM tipe 2 pada perkembangan selanjutnya.
    Komplikasi
    Akibat DMG maka akan menyebabkan kelainan pada janin yaitu berat badan bayi lahir lebih 4000 gr, kelainan pada jantung, sistem saraf, kelainan pernapasan dan cacat lainnya.Komplikasi pada janin terkait dengan DMG antara lain meliputi makrosomia (berat lahir bayi lebih dari 4 kg), hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) pada bayi baru lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi kongenital (cacat tubuh), bayi kuning, hipokalsemia, dan sindrom gawat napas pada bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu terkait dengan DMG antara lain hipertensi, preeklamsia, dan peningkatan risiko melahirkan dengan operasi sectio caesaria akibat pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia). Makrosomia seringkali menyebabkan bahu janin sulit untuk melewati jalan lahir (distosia bahu) sehingga harus dilahirkan dengan operasi sectio caesaria.

  38. Nama : Mirawati
    Nim : 09d40135
    Prodi : D4 Bidan Klinik dan Pendidik ( Bidan B)
    Sumber : medical.blogspot “DIET IBU HAMIL PADA HIPEREMESIS, PRE EKLAMSIA, EKLAMSIA DAN KONSTIPASI”

    Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 1996).
    Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
    a. Tujuan Diet
    1) Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
    2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
    b. Syarat diet
    1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
    2) Lemak rendah, yaitu
    3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
    4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
    5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
    6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
    7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1) Diet hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
    2) Diet hiperemesis II
    Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
    3) Diet hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

    Preeklamsi dan Eklamsi
    Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut (Mansjoer et.al 2000)

    Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
    a. Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    b. Syarat Diet
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1) Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    3) Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

  39. Gusti Ayu Utami (Bidan A)

    Nama : Gusti Ayu Utami
    NIM : 09D40080
    Prodi : DIV Bidan Pendidik (A) / Semester II
    A. Hiperemesis Gravidarum
    1. Pengertian
    Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
    Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun, dengan demikianjuga klorida air kemih
    2. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
    a. Tujuan Diet
    Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
    1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
    2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
    b. Syarat diet
    Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
    1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
    2). Lemak rendah, yaitu
    3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
    4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
    5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
    6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
    7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
    1). Diet hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
    2). Diet hiperemesis II
    Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
    3). Diet hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
    d. Nilai gizi
    Diet Hiperemesis
    I Diet Hiperemesis II Diet Hiperemesis III
    Energi (kkal) 1100 1700 2300
    Protein (g) 15 57 73
    Lemak (g) 2 33 59
    Karbohidrat (g) 259 33 59
    Kalsium (mg) 100 300 400
    Besi (mg) 9,5 17,9 24,3
    Vitamin A (RE) 542 2202 2270
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 283 199 199
    Natrium (mg) – 267 362

     Makanan yang dianjurkan
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah sebagai berikut:
     Roti panggang, biskuit, crackers.
     Buah segar, sari buah.
     Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh, dan kopi encer.
     Makanan tidak yang dianjurkan
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).

    B. Preeklampsi dan Eklampsi
    1. Pengertian
    Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik.
    Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan diet-makanan yaitu dengan makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
    2. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
    a. Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    b. Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    d. Nilai gizi
    Diet Pre eklamsia
    I Diet Pre eklamsia
    II Diet Pre eklamsia III
    Energi (kkal) 1032 1604 2128
    Protein (g) 20 56 80
    Lemak (g) 19 44 63
    Karbohidrat (g) 211 261 305
    Kalsium (mg) 600 500 800
    Besi (mg) 6,9 17,3 24,2
    Vitamin A (RE) 750 2796 3035
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 246 212 213
    Natrium (mg) 228 248
    .
    C. Diabetes Melitus Gestational
    Perempuan diabetes perlu :
    1) Direncanakan kehamilannya dan diperhatikan penatalaksanaan diabetesnya.
    2) Diperhatikan komposisi diet latihan dan insulin bila diperlukan.
     Prinsip Terapi Nutrisi
    Perhatian khusus harus diberikan agar asupan kalori dari frekuensi pemberian karbohidrat selama sehari untuk meminimalkan fluktuasi gula darah. Pemberian nutrisi perempuan hamil dengan DMG harus individualistik, karena keperluan nutrisi berbeda tergantung berat badan sebelum hamil, kesehatan keseluruhan, kebiasaan makan sebelum hamil, dan terapi insulin bila diperlukan.
     Keseimbangan Nutrisi
     Karbohidrat yang adekuat pada ibu hamil penting untuk memenuhi kebutuhan kontrol diabetes sebagaimana untuk memenuhi kebutuhan janin akan glukosa.
     Kebutuhan ini diterjemahkan kira-kira 50% dari total kilo kalori atau secara umum minimum karbohidrat 250 gram perhari.
     Kebutuhan protein bertambah dalam kehamilan.
     Protein optimum penting dalam kontrol diabetes karena itu diet perempuan hamil dengan diabetes seharusnya mengandung protein kira-kira 20% dari total kalori, atau kira-kira 100-200 gram perhari.
     Lemak jangan lebih dari 30% total energi.

  40. Gusti Ayu Utami (Bidan A)

    Nama : Gusti Ayu Utami
    NIM : 09D40080
    Prodi : DIV Bidan Pendidik (A) / Semester II

    A. Hiperemesis Gravidarum
    1. Pengertian
    Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk. Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
    Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun, dengan demikianjuga klorida air kemih
    2. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
    a. Tujuan Diet
    Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
    1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
    2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
    b. Syarat diet
    Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
    1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
    2). Lemak rendah, yaitu
    3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
    4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
    5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
    6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
    7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
    1). Diet hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
    2). Diet hiperemesis II
    Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
    3). Diet hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
    d. Nilai gizi
    Diet Hiperemesis
    I Diet Hiperemesis II Diet Hiperemesis III
    Energi (kkal) 1100 1700 2300
    Protein (g) 15 57 73
    Lemak (g) 2 33 59
    Karbohidrat (g) 259 33 59
    Kalsium (mg) 100 300 400
    Besi (mg) 9,5 17,9 24,3
    Vitamin A (RE) 542 2202 2270
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 283 199 199
    Natrium (mg) – 267 362

     Makanan yang dianjurkan
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah sebagai berikut:
     Roti panggang, biskuit, crackers.
     Buah segar, sari buah.
     Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh, dan kopi encer.
     Makanan tidak yang dianjurkan
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).

    B. Preeklampsi dan Eklampsi
    1. Pengertian
    Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik.
    Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan diet-makanan yaitu dengan makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
    2. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
    a. Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    b. Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    d. Nilai gizi
    Diet Pre eklamsia
    I Diet Pre eklamsia
    II Diet Pre eklamsia III
    Energi (kkal) 1032 1604 2128
    Protein (g) 20 56 80
    Lemak (g) 19 44 63
    Karbohidrat (g) 211 261 305
    Kalsium (mg) 600 500 800
    Besi (mg) 6,9 17,3 24,2
    Vitamin A (RE) 750 2796 3035
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 246 212 213
    Natrium (mg) 228 248
    .
    C. Diabetes Melitus Gestational
    Perempuan diabetes perlu :
    1) Direncanakan kehamilannya dan diperhatikan penatalaksanaan diabetesnya.
    2) Diperhatikan komposisi diet latihan dan insulin bila diperlukan.
     Prinsip Terapi Nutrisi
    Perhatian khusus harus diberikan agar asupan kalori dari frekuensi pemberian karbohidrat selama sehari untuk meminimalkan fluktuasi gula darah. Pemberian nutrisi perempuan hamil dengan DMG harus individualistik, karena keperluan nutrisi berbeda tergantung berat badan sebelum hamil, kesehatan keseluruhan, kebiasaan makan sebelum hamil, dan terapi insulin bila diperlukan.
     Keseimbangan Nutrisi
     Karbohidrat yang adekuat pada ibu hamil penting untuk memenuhi kebutuhan kontrol diabetes sebagaimana untuk memenuhi kebutuhan janin akan glukosa.
     Kebutuhan ini diterjemahkan kira-kira 50% dari total kilo kalori atau secara umum minimum karbohidrat 250 gram perhari.
     Kebutuhan protein bertambah dalam kehamilan.
     Protein optimum penting dalam kontrol diabetes karena itu diet perempuan hamil dengan diabetes seharusnya mengandung protein kira-kira 20% dari total kalori, atau kira-kira 100-200 gram perhari.
     Lemak jangan lebih dari 30% total energi.

  41. Nama : Ridha Rossallinda
    Nim : 09D40141
    Prodi : DIV Kebidanan
    Kelas : (B)

    DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN

    Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, “tembus” atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus, “rasa manis”) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglisemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
    Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
    Penyebab
    Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes melitus tipe 1), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes melitus tipe 2). Selain itu, terdapat jenis diabetes melitus yang juga disebabkan oleh resistensi insulin yang terjadi pada wanita hamil. DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin, sedangkan DM tipe 2 hanya membutuhkan insulin apabila penanganan sebelumnya tidak efektif. Diabetes melitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
    Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus. Kesuksesan menjaga kadar gula darah dalam batasan normal dapat mencegah terjadinya komplikasi. Faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah: berhenti merokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olah raga teratur.
    Jenis
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, dan DM pada kehamilan.
    Diabetes mellitus tipe 1
    Diabetes mellitus tipe 1 atau diabetes anak-anak adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
    Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
    Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
    Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.
    Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
    Diabetes mellitus tipe 2
    Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
    Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.
    NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin.
    Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.
    Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[ antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
    Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.
    Diabetes Melitus Gestasional
    Diabetes melitus gestasional atau diabetes melitus pada kehamilan, melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
    Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
    Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan [sebagai/ketika/sebab] bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi sindrom kesusahan dan produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung pernapasan. Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang merah. Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling umum sebagai hasil kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan dengan perusakan/pelemahan yang vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian Cesarean mungkin dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan risiko dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu dystocia.
    Gejala
    Gejala klasik diabetes melitus adalah poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan & mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi. Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa adalah dengan kurang baik dikendalikan.
    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    Pengelolaan medis
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    − Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    − Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    − Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    − Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    − Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    − Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    − Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) l0x/12 jam).
    – Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
    – Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
    – Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
    – Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
    ^ IDF Chooses Blue Circle to Represent UN Resolution Campaign Unite for Diabetes, 17 March, 2006

  42. Nama : Nurul Herlina
    Nim : 09D40096
    Prodi : DIV Kebidanann (A)

    Penyakit atau Kelaninan HIPEREMESIS GRAVIDARUM pada Ibu Hamil
    Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Biasanya terjadi pada kehamilan trimester I. Gejala tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
    Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
    Etiologi
    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
    a. Faktor adaptasi dan hormonal
    Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil molahidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
    b. Faktor Psikologis
    Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
    c. Faktor Alergi
    Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.

    Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain:
    a. Faktor Predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda karena peningkatan kadar HCG
    b. Faktor Organik, karena masuknya Vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak
    c. Faktor psikologik, memegang peranan yang sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
    d. Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiroid
    Gejala Dan Tingkat
    Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3:
    1. Tingkat I : ringan
    Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung.
    2. Tingkat II : sedang
    Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, dapat pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton.
    3. Tingkat III : berat
    Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali, ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke
    Patologis
    Otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh hasil:
    1. Hati
    Pada tingkat ringan, hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak senri lobuler
    2. Jantung
    Jantung atrofi, lebih kecil dari biasa, kadang kala ditemukan perdarahan sub endokardial

    3. Otak
    Terdapat bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti ensefalopati wernicke.
    4. Ginjal
    Tampak pucat, degenerasi lemak pada tubula kontorti
    Patofisiologis
    Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
    Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbihidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangannya cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
    Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
    Pencegahan
    Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terhadi Hiperemesis :
    a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
    b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
    c. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.

    Penanganan
    1. pencegahan, penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis. Pencegahan lain yaitu tentang diit ibu hamil dan defekasi yang teratur
    2. Terapi obat, menggunakan sedative, vitamin, anti muntah, antasida, dan anti mulas
    3. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di RS
    Penatalaksanaan
    Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
    a. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.
    b. Terapi psikologik
    Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    c. Cairan Parenteral
    Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.

    ^ a b c Tim FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Media Aesculapius, Jakarta: 1999. ISBN 979-95607-0-5

  43. MIRA SUSMITA HELDAYANTI

    Diet komplikasi kehamilan
    DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    II. DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    III. DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

    3 Jenis Komplikasi Kehamilan Yang Perlu Ibu Hamil Ketahui
    Bagi ibu-ibu yang sekarang sedang hamil, apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil pasti merasa khawatir atau takut akan kehamilan dan janin yang dikandungnya. Hal seperti ini memang normal dan banyak dialami oleh ibu-ibu hamil. Oleh karena itu para ibu hamil perlu informasi dan pengetahuan agar bisa melakukan pencegahan dan mengurangi rasa khawatir tersebut.
    Pada kesempatan ini, akan dibahas 3 jenis komplikasi kehamilan yang biasa dialami oleh ibu hamil. Sebenarnya ada beberapa komplikasi kehamilan yang bisa terjadi, namun diambil yang umum dan sering dialami oleh para ibu hamil.
    3 Komplikasi Kehamilan :
    1. Pre-eklampsia (Hipertensi Kehamilan)
    Pre-eklampsia atau biasa disebut toxemia, belakangan ini banyak dialami oleh ibu hamil.
    Gejalanya:
    • Kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai 140/90
    • Pembengkakan di tangan dan wajah
    • Adanya protein dalam urin
    • Sakit kepala atau demam
    • Detak jantung cepat
    Dibawah ini faktor-faktor yang bisa membuat ibu hamil mengalami pre-eklampsia:
    • Hamil pada usia diatas 40 tahun
    • Hamil kembar
    • Kehamilan pertama
    • Ibu yang sudah mengidap tekanan darah tinggi
    Bagaimana pengobatannya?
    Apabila ibu hamil di diagnosa mengalami pre-eklampsia, terapi pengobatan yang biasa dianjurkan adalah mengurangi tekanan darah dengan diet makanan, mengurangi stress, cukup tidur atau meditasi. Bisa juga diberikan obat penenang agar ibu hamil tenang dan istirahat yang cukup. Namun apabila sudah cukup bulan, dianjurkan untuk melakukan persalinan agar menghindari terjadi keadaan yang membahayakan ibu dan janin, misalnya kejang.
    2. Anemia
    Anemia juga biasa dialami oleh ibu hamil. Hal ini umumnya disebabkan adanya kekurangan zat besi. Pada kehamilan awal, disarankan untuk memeriksa darah, apakah ibu mengidap anemia atau tidak.
    Gejala Anemia, diantaranya :
    • Cepat lelah
    • Wajah pucat
    • Sulit bernapas
    • Seperti ingin pingsan
    Faktor resiko :
    • Ibu hamil yang kurang nutrisi
    • Ibu hamil yang sulit makan karena mual dan muntah
    • Kehamilan kembar
    • Kehamilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehamilan sebelumnya
    Bagaimana mengatasinya?
    Apabila ibu hamil mengalami anemia atau tidak, lebih baik mengkonsumsi vitamin zat besi yang disarankan Dokter SpOG untuk mengatasinya. Selain itu bisa dibantu dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan buah-buahan kering.
    3. Gestational Diabetes
    Ada lagi komplikasi kehamilan yang disebut Gestational Diabetes, yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup memproduksi cukup insulin. Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membuat sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak diobati, akan mempengaruhi janin. Bayi akan lahir dengan berat berlebih atau besar.
    Siapa saja yang bisa mengidapnya?
    • Ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap diabetes
    • Kegemukan
    • Ibu hamil di usia matang
    • Ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga
    Gejalanya :
    • Rasa haus dan lapar yang berlebihan
    • Sering buang air kecil
    • Kenaikan tekanan darah
    • Gula dalam urin
    • Kelelahan

  44. MIRA SUSMITA HELDAYANTI

    nama : Mira susmita heldayanti
    nim : DIV Bidan Klinik dan Pendidik
    kelas : B

    judul : komplikasi diet pada ibu hamil

    Diet komplikasi kehamilan
    DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    II. DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    III. DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

    3 Jenis Komplikasi Kehamilan Yang Perlu Ibu Hamil Ketahui
    Bagi ibu-ibu yang sekarang sedang hamil, apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil pasti merasa khawatir atau takut akan kehamilan dan janin yang dikandungnya. Hal seperti ini memang normal dan banyak dialami oleh ibu-ibu hamil. Oleh karena itu para ibu hamil perlu informasi dan pengetahuan agar bisa melakukan pencegahan dan mengurangi rasa khawatir tersebut.
    Pada kesempatan ini, akan dibahas 3 jenis komplikasi kehamilan yang biasa dialami oleh ibu hamil. Sebenarnya ada beberapa komplikasi kehamilan yang bisa terjadi, namun diambil yang umum dan sering dialami oleh para ibu hamil.
    3 Komplikasi Kehamilan :
    1. Pre-eklampsia (Hipertensi Kehamilan)
    Pre-eklampsia atau biasa disebut toxemia, belakangan ini banyak dialami oleh ibu hamil.
    Gejalanya:
    • Kenaikan tekanan darah secara mendadak sampai 140/90
    • Pembengkakan di tangan dan wajah
    • Adanya protein dalam urin
    • Sakit kepala atau demam
    • Detak jantung cepat
    Dibawah ini faktor-faktor yang bisa membuat ibu hamil mengalami pre-eklampsia:
    • Hamil pada usia diatas 40 tahun
    • Hamil kembar
    • Kehamilan pertama
    • Ibu yang sudah mengidap tekanan darah tinggi
    Bagaimana pengobatannya?
    Apabila ibu hamil di diagnosa mengalami pre-eklampsia, terapi pengobatan yang biasa dianjurkan adalah mengurangi tekanan darah dengan diet makanan, mengurangi stress, cukup tidur atau meditasi. Bisa juga diberikan obat penenang agar ibu hamil tenang dan istirahat yang cukup. Namun apabila sudah cukup bulan, dianjurkan untuk melakukan persalinan agar menghindari terjadi keadaan yang membahayakan ibu dan janin, misalnya kejang.
    2. Anemia
    Anemia juga biasa dialami oleh ibu hamil. Hal ini umumnya disebabkan adanya kekurangan zat besi. Pada kehamilan awal, disarankan untuk memeriksa darah, apakah ibu mengidap anemia atau tidak.
    Gejala Anemia, diantaranya :
    • Cepat lelah
    • Wajah pucat
    • Sulit bernapas
    • Seperti ingin pingsan
    Faktor resiko :
    • Ibu hamil yang kurang nutrisi
    • Ibu hamil yang sulit makan karena mual dan muntah
    • Kehamilan kembar
    • Kehamilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehamilan sebelumnya
    Bagaimana mengatasinya?
    Apabila ibu hamil mengalami anemia atau tidak, lebih baik mengkonsumsi vitamin zat besi yang disarankan Dokter SpOG untuk mengatasinya. Selain itu bisa dibantu dengan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, bayam dan buah-buahan kering.
    3. Gestational Diabetes
    Ada lagi komplikasi kehamilan yang disebut Gestational Diabetes, yaitu kehamilan dimana ibu hamil mengalami kadar gula darah yang tinggi karena tubuh tidak cukup memproduksi cukup insulin. Insulin adalah sebuah hormon yang dibuat oleh pankreas yang membuat sel merubah gula menjadi energi atau bahan bakar yang berguna. Apabila diabetes saat hamil tidak diobati, akan mempengaruhi janin. Bayi akan lahir dengan berat berlebih atau besar.
    Siapa saja yang bisa mengidapnya?
    • Ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap diabetes
    • Kegemukan
    • Ibu hamil di usia matang
    • Ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga
    Gejalanya :
    • Rasa haus dan lapar yang berlebihan
    • Sering buang air kecil
    • Kenaikan tekanan darah
    • Gula dalam urin
    • Kelelahan

  45. NAMA : YUNIKA FRAJI
    NIM : 09d40154
    PRODI : DIV BIDAN KLINIK & PENDIDIK
    BIDAN B

    DIET KOMPLIKASI UNTUK IBU HAMIL

    I. DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    II. DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    III. DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

  46. Nama: Hernida
    Prodi: DIV.bidan klinik dan pendidik
    kelas A
    STIKES HUSADA BORNEO

    DIABETES MELITUS GESTASIONAL(DMG)

    • Definisi

    Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa yang timbul atau pertama kali dideteksi pada saat kehamilan. Kondisi ini terjadi pada 3-8% perempuan hamil. DMG merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi pada janin dan berkaitan dengan timbulnya diabetes melitus (DM) tipe 2 di masa yang akan datang bagi perempuan yang pernah didiagnosis DMG.

    • Penyebab

    Seperti diketahui penyebab terjadinya DM adalah adanya resistensi insulin dan gangguan (disfungsi) sel â (sel beta) kelenjar pankreas. Kehamilan dapat dianggap sebagai suatu uji stres metabolik dan mampu mengungkap adanya resistensi insulin dan disfungsi sel â kelenjar pankreas pada perempuan tersebut. Plasenta (ari-ari) ibu memproduksi berbagai hormon, seperti kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berkontribusi untuk terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Resistensi insulin tersebut umumnya mulai terjadi pada trimester kedua dan terus berlanjut sepanjang sisa masa kehamilan. Berdasarkan penelitian, perempuan dengan DMG ternyata derajat terjadinya resistensi insulin dan gangguan sel â melakukan kompensasi untuk meningkatkan sekresi insulin lebih berat dibandingkan perempuan hamil yang normal.

    Kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) untuk menegakkan diagnosis adanya DMG berdasarkan pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan memeriksa kadar glukosa puasa dan kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa (pembebanan 75 gram gula pasir). Seorang perempuan hamil dinyatakan menderita DMG jika didapatkan kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL atau kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa lebih dari 140 mg/dL.
    Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan TTGO:
    – makan seperti biasa selama 3 hari sebelumnya
    – kegiatan jasmani seperti biasa
    – puasa 10-12 jam
    – periksa glukosa darah puasa
    – minum larutan gula dalam waktu 5 menit (75 gram glukosa/gula pasir
    dalam 250 ml air)
    – periksa glukosa darah 2 jam pasca pembebanan glukosa
    – selama menunggu 2 jam, pasien harus istirahat, tidak makan, dan tidak merokok

    Komplikasi pada janin terkait dengan DMG antara lain meliputi makrosomia (berat lahir bayi lebih dari 4 kg), hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) pada bayi baru lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi kongenital (cacat tubuh), bayi kuning, hipokalsemia, dan sindrom gawat napas pada bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu terkait dengan DMG antara lain hipertensi, preeklamsia, dan peningkatan risiko melahirkan dengan operasi sectio caesaria akibat pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia). Makrosomia seringkali menyebabkan bahu janin sulit untuk melewati jalan lahir (distosia bahu) sehingga harus dilahirkan dengan operasi sectio caesaria.
    Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil seyogianya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksakan kehamilannya. Faktor risiko tersebut antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2 . Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risiko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus sesegera mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
    Memonitor kadar glukosa darah secara berkala sangat penting dalam penatalaksanaan DMG agar target kadar glukosa darah puasa kurang darii 95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih dari 120 mg/dL dapat tercapai dan dipertahankan. Terapi utama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada DMG adalah dengan pengaturan makanan/ diet (terapi nutrisi medik). Jika kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol dengan diet yang telah ditentukan atau jika terdapat bukti bahwa pertumbuhan janin sudah berlebihan (taksiran berat janin sesuai masa kehamilan melebihi dari yang seharusnya) maka diperlukan pemberian insulin pada penderita DMG tersebut. Obat diabetes yang diminum (obat hipoglikemik oral/ OHO) tidak direkomendasikan untuk diberikan pada perempuan hamil yang menderita DMG.
    Pemantauan penderita DMG pasca melahirkan sangat penting. Status kadar glukosa darah seyogianya dimonitor pada waktu 6 minggu atau lebih pasca melahirkan dan jika hasilnya normal, kadar glukosa darah selanjutnya dipantau setiap 3 tahun. Hal ini penting dilakukan oleh karena adanya peningkatan risiko untuk terjadinya DM tipe 2 di kemudian hari pada perempuan dengan riwayat DMG.

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM
    1. Pengertian :

    Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

    2. Etiologi:

    Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
    • Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

    a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

    b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.

    c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

    d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
    3. Patofisiologi

    Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
    Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
    Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
    4. Gejala Dan Tanda

    • Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

    1. Tingkatan I :
    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

    2. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
    Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

    3. Tingkatan III:
    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
    5. Penatalaksanaan

    Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
    • Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

    1. Obat-obatan
    Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

    2. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
    3. Terapi psikologik
    Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    4. Cairan parenteral
    Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
    5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
    6. Diet
    a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
    b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
    c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
    7. Prognosis
    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
    2. Konsep Dasar Keperawatan
    A. Pengkajian Data Fokus
    a. Aktifitas istirahat
    Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
    b. Integritas ego
    Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
    c. Eliminasi
    Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
    d. Makanan/cairan
    Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
    e. Pernafasan
    Frekuensi pernapasan meningkat.
    f. Keamanan
    Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
    g. Seksualitas
    Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
    h. Interaksi sosial
    Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
    i. Pembelajaran dan penyuluhan
    – Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
    – Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
    – Turgor kulit, lidah kering
    – Adanya aseton dalam urine
    j. Pemeriksaan diagnostik
    – USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
    – Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
    – Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

    PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI (PE)

    • Definisi

    eklamsi adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin dilakukan adalah meyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah atau kurang gizi.
    pre-eklamsi adalah bentuk ekstrem dari strategi yang umum digunakan oleh semua janin. Dalam hal ini, janin meningkatkan tekanan darah si ibu untuk mendorong lebih banyak darah ke arah plasenta yang umumnya bertekanan rendah.
    Dalam hal ini, pre-eklamsi berkaitan erat dengan jumlah substansi yang diinjeksikan janin ke aliran darah si ibu. Karena itu, pre-eklamsi baru terjadi jika si janin terlalu banyak menginjeksikan substansi ke aliran darah si ibu.
    si janin terpaksa melakukan hal itu, kemungkinan karena kesulitan mendapatkan makanan. Dengan kata lain, makanan si janin kurang tercukupi.”

    • Tanda-tanda yang hausdi waspadai

    tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk mencegah hal ini, Setiap wanita hamil yang mempunyai tekanan darah 140/90, akan mengalami edema (bengkak) pada wajah dan tangan. Albuminuri plus 1 atau lebih, atau yang tekanan darahnya naik 30 mm Hgsystolic dan 15 mm Hg diastolicbisa diangap preeklamsi. Pasien yang memiliki tekanan darah 150/110 dengan edema yang jelas, atau albuminuri dapat dikatakan mengalami preeklamsi berat.

    • Pengobatan

    Pengobatan yang ditujukan untuk menyelamatkan ibu dan si jabang bayi, yaitu dengan rawat jalan, dan istirahat yang cukup, serta dengan pemeriksaan rutin dokter setiap dua hari sekali. Jika kondisinya membaik, kehamilan dapat diteruskan sampai mendekati term. Sesudah minggu ke 34 dan 35, kebanyakan pasien dengan preeklamsi harus segera melahirkan.

    Sedangkan datangnya eklamsi biasanya di dahului oleh timbulnya gejala kaburnya penglihatan, kebingungan, nyeri, pendarahan, dan observasi denyut nadi janin.

    Untuk pencegahan terjadinya kasus ini seringlah mengontrol kehamilan dan hal-hal yang diperiksa adalah : tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan urine, pemeriksaan fisik, menanyakan keluhan dsb.

  47. DIABETES MELITUS GESTASIONAL(DMG)

    • Definisi

    Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa yang timbul atau pertama kali dideteksi pada saat kehamilan. Kondisi ini terjadi pada 3-8% perempuan hamil. DMG merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi pada janin dan berkaitan dengan timbulnya diabetes melitus (DM) tipe 2 di masa yang akan datang bagi perempuan yang pernah didiagnosis DMG.

    • Penyebab

    Seperti diketahui penyebab terjadinya DM adalah adanya resistensi insulin dan gangguan (disfungsi) sel â (sel beta) kelenjar pankreas. Kehamilan dapat dianggap sebagai suatu uji stres metabolik dan mampu mengungkap adanya resistensi insulin dan disfungsi sel â kelenjar pankreas pada perempuan tersebut. Plasenta (ari-ari) ibu memproduksi berbagai hormon, seperti kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berkontribusi untuk terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Resistensi insulin tersebut umumnya mulai terjadi pada trimester kedua dan terus berlanjut sepanjang sisa masa kehamilan. Berdasarkan penelitian, perempuan dengan DMG ternyata derajat terjadinya resistensi insulin dan gangguan sel â melakukan kompensasi untuk meningkatkan sekresi insulin lebih berat dibandingkan perempuan hamil yang normal.

    Kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) untuk menegakkan diagnosis adanya DMG berdasarkan pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan memeriksa kadar glukosa puasa dan kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa (pembebanan 75 gram gula pasir). Seorang perempuan hamil dinyatakan menderita DMG jika didapatkan kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL atau kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa lebih dari 140 mg/dL.
    Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan TTGO:
    – makan seperti biasa selama 3 hari sebelumnya
    – kegiatan jasmani seperti biasa
    – puasa 10-12 jam
    – periksa glukosa darah puasa
    – minum larutan gula dalam waktu 5 menit (75 gram glukosa/gula pasir
    dalam 250 ml air)
    – periksa glukosa darah 2 jam pasca pembebanan glukosa
    – selama menunggu 2 jam, pasien harus istirahat, tidak makan, dan tidak merokok

    Komplikasi pada janin terkait dengan DMG antara lain meliputi makrosomia (berat lahir bayi lebih dari 4 kg), hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) pada bayi baru lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi kongenital (cacat tubuh), bayi kuning, hipokalsemia, dan sindrom gawat napas pada bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu terkait dengan DMG antara lain hipertensi, preeklamsia, dan peningkatan risiko melahirkan dengan operasi sectio caesaria akibat pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia). Makrosomia seringkali menyebabkan bahu janin sulit untuk melewati jalan lahir (distosia bahu) sehingga harus dilahirkan dengan operasi sectio caesaria.
    Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil seyogianya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksakan kehamilannya. Faktor risiko tersebut antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2 . Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risiko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus sesegera mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
    Memonitor kadar glukosa darah secara berkala sangat penting dalam penatalaksanaan DMG agar target kadar glukosa darah puasa kurang darii 95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih dari 120 mg/dL dapat tercapai dan dipertahankan. Terapi utama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada DMG adalah dengan pengaturan makanan/ diet (terapi nutrisi medik). Jika kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol dengan diet yang telah ditentukan atau jika terdapat bukti bahwa pertumbuhan janin sudah berlebihan (taksiran berat janin sesuai masa kehamilan melebihi dari yang seharusnya) maka diperlukan pemberian insulin pada penderita DMG tersebut. Obat diabetes yang diminum (obat hipoglikemik oral/ OHO) tidak direkomendasikan untuk diberikan pada perempuan hamil yang menderita DMG.
    Pemantauan penderita DMG pasca melahirkan sangat penting. Status kadar glukosa darah seyogianya dimonitor pada waktu 6 minggu atau lebih pasca melahirkan dan jika hasilnya normal, kadar glukosa darah selanjutnya dipantau setiap 3 tahun. Hal ini penting dilakukan oleh karena adanya peningkatan risiko untuk terjadinya DM tipe 2 di kemudian hari pada perempuan dengan riwayat DMG.

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM
    1. Pengertian :

    Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

    2. Etiologi:

    Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
    • Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

    a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

    b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.

    c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

    d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
    3. Patofisiologi

    Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
    Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
    Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
    4. Gejala Dan Tanda

    • Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

    1. Tingkatan I :
    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

    2. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
    Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

    3. Tingkatan III:
    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
    5. Penatalaksanaan

    Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
    • Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

    1. Obat-obatan
    Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

    2. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
    3. Terapi psikologik
    Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    4. Cairan parenteral
    Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
    5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
    6. Diet
    a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
    b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
    c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
    7. Prognosis
    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
    2. Konsep Dasar Keperawatan
    A. Pengkajian Data Fokus
    a. Aktifitas istirahat
    Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
    b. Integritas ego
    Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
    c. Eliminasi
    Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
    d. Makanan/cairan
    Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
    e. Pernafasan
    Frekuensi pernapasan meningkat.
    f. Keamanan
    Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
    g. Seksualitas
    Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
    h. Interaksi sosial
    Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
    i. Pembelajaran dan penyuluhan
    – Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
    – Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
    – Turgor kulit, lidah kering
    – Adanya aseton dalam urine
    j. Pemeriksaan diagnostik
    – USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
    – Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
    – Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

    PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI (PE)

    • Definisi

    eklamsi adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin dilakukan adalah meyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah atau kurang gizi.
    pre-eklamsi adalah bentuk ekstrem dari strategi yang umum digunakan oleh semua janin. Dalam hal ini, janin meningkatkan tekanan darah si ibu untuk mendorong lebih banyak darah ke arah plasenta yang umumnya bertekanan rendah.
    Dalam hal ini, pre-eklamsi berkaitan erat dengan jumlah substansi yang diinjeksikan janin ke aliran darah si ibu. Karena itu, pre-eklamsi baru terjadi jika si janin terlalu banyak menginjeksikan substansi ke aliran darah si ibu.
    si janin terpaksa melakukan hal itu, kemungkinan karena kesulitan mendapatkan makanan. Dengan kata lain, makanan si janin kurang tercukupi.”

    • Tanda-tanda yang hausdi waspadai

    tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk mencegah hal ini, Setiap wanita hamil yang mempunyai tekanan darah 140/90, akan mengalami edema (bengkak) pada wajah dan tangan. Albuminuri plus 1 atau lebih, atau yang tekanan darahnya naik 30 mm Hgsystolic dan 15 mm Hg diastolicbisa diangap preeklamsi. Pasien yang memiliki tekanan darah 150/110 dengan edema yang jelas, atau albuminuri dapat dikatakan mengalami preeklamsi berat.

    • Pengobatan

    Pengobatan yang ditujukan untuk menyelamatkan ibu dan si jabang bayi, yaitu dengan rawat jalan, dan istirahat yang cukup, serta dengan pemeriksaan rutin dokter setiap dua hari sekali. Jika kondisinya membaik, kehamilan dapat diteruskan sampai mendekati term. Sesudah minggu ke 34 dan 35, kebanyakan pasien dengan preeklamsi harus segera melahirkan.

    Sedangkan datangnya eklamsi biasanya di dahului oleh timbulnya gejala kaburnya penglihatan, kebingungan, nyeri, pendarahan, dan observasi denyut nadi janin.

    Untuk pencegahan terjadinya kasus ini seringlah mengontrol kehamilan dan hal-hal yang diperiksa adalah : tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan urine, pemeriksaan fisik, menanyakan keluhan dsb.

  48. bidan A
    09D40081DIABETES MELITUS GESTASIONAL(DMG)

    • Definisi

    Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa yang timbul atau pertama kali dideteksi pada saat kehamilan. Kondisi ini terjadi pada 3-8% perempuan hamil. DMG merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi pada janin dan berkaitan dengan timbulnya diabetes melitus (DM) tipe 2 di masa yang akan datang bagi perempuan yang pernah didiagnosis DMG.

    • Penyebab

    Seperti diketahui penyebab terjadinya DM adalah adanya resistensi insulin dan gangguan (disfungsi) sel â (sel beta) kelenjar pankreas. Kehamilan dapat dianggap sebagai suatu uji stres metabolik dan mampu mengungkap adanya resistensi insulin dan disfungsi sel â kelenjar pankreas pada perempuan tersebut. Plasenta (ari-ari) ibu memproduksi berbagai hormon, seperti kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berkontribusi untuk terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Resistensi insulin tersebut umumnya mulai terjadi pada trimester kedua dan terus berlanjut sepanjang sisa masa kehamilan. Berdasarkan penelitian, perempuan dengan DMG ternyata derajat terjadinya resistensi insulin dan gangguan sel â melakukan kompensasi untuk meningkatkan sekresi insulin lebih berat dibandingkan perempuan hamil yang normal.

    Kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) untuk menegakkan diagnosis adanya DMG berdasarkan pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan memeriksa kadar glukosa puasa dan kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa (pembebanan 75 gram gula pasir). Seorang perempuan hamil dinyatakan menderita DMG jika didapatkan kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL atau kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa lebih dari 140 mg/dL.
    Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan TTGO:
    – makan seperti biasa selama 3 hari sebelumnya
    – kegiatan jasmani seperti biasa
    – puasa 10-12 jam
    – periksa glukosa darah puasa
    – minum larutan gula dalam waktu 5 menit (75 gram glukosa/gula pasir
    dalam 250 ml air)
    – periksa glukosa darah 2 jam pasca pembebanan glukosa
    – selama menunggu 2 jam, pasien harus istirahat, tidak makan, dan tidak merokok

    Komplikasi pada janin terkait dengan DMG antara lain meliputi makrosomia (berat lahir bayi lebih dari 4 kg), hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) pada bayi baru lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi kongenital (cacat tubuh), bayi kuning, hipokalsemia, dan sindrom gawat napas pada bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu terkait dengan DMG antara lain hipertensi, preeklamsia, dan peningkatan risiko melahirkan dengan operasi sectio caesaria akibat pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia). Makrosomia seringkali menyebabkan bahu janin sulit untuk melewati jalan lahir (distosia bahu) sehingga harus dilahirkan dengan operasi sectio caesaria.
    Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil seyogianya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksakan kehamilannya. Faktor risiko tersebut antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2 . Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risiko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus sesegera mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
    Memonitor kadar glukosa darah secara berkala sangat penting dalam penatalaksanaan DMG agar target kadar glukosa darah puasa kurang darii 95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih dari 120 mg/dL dapat tercapai dan dipertahankan. Terapi utama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada DMG adalah dengan pengaturan makanan/ diet (terapi nutrisi medik). Jika kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol dengan diet yang telah ditentukan atau jika terdapat bukti bahwa pertumbuhan janin sudah berlebihan (taksiran berat janin sesuai masa kehamilan melebihi dari yang seharusnya) maka diperlukan pemberian insulin pada penderita DMG tersebut. Obat diabetes yang diminum (obat hipoglikemik oral/ OHO) tidak direkomendasikan untuk diberikan pada perempuan hamil yang menderita DMG.
    Pemantauan penderita DMG pasca melahirkan sangat penting. Status kadar glukosa darah seyogianya dimonitor pada waktu 6 minggu atau lebih pasca melahirkan dan jika hasilnya normal, kadar glukosa darah selanjutnya dipantau setiap 3 tahun. Hal ini penting dilakukan oleh karena adanya peningkatan risiko untuk terjadinya DM tipe 2 di kemudian hari pada perempuan dengan riwayat DMG.

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM
    1. Pengertian :

    Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

    2. Etiologi:

    Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
    • Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

    a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

    b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.

    c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

    d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
    3. Patofisiologi

    Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
    Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
    Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
    4. Gejala Dan Tanda

    • Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

    1. Tingkatan I :
    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

    2. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
    Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

    3. Tingkatan III:
    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
    5. Penatalaksanaan

    Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
    • Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

    1. Obat-obatan
    Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

    2. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
    3. Terapi psikologik
    Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    4. Cairan parenteral
    Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
    5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
    6. Diet
    a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
    b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
    c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
    7. Prognosis
    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
    2. Konsep Dasar Keperawatan
    A. Pengkajian Data Fokus
    a. Aktifitas istirahat
    Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
    b. Integritas ego
    Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
    c. Eliminasi
    Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
    d. Makanan/cairan
    Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
    e. Pernafasan
    Frekuensi pernapasan meningkat.
    f. Keamanan
    Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
    g. Seksualitas
    Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
    h. Interaksi sosial
    Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
    i. Pembelajaran dan penyuluhan
    – Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
    – Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
    – Turgor kulit, lidah kering
    – Adanya aseton dalam urine
    j. Pemeriksaan diagnostik
    – USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
    – Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
    – Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

    PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI (PE)

    • Definisi

    eklamsi adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin dilakukan adalah meyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah atau kurang gizi.
    pre-eklamsi adalah bentuk ekstrem dari strategi yang umum digunakan oleh semua janin. Dalam hal ini, janin meningkatkan tekanan darah si ibu untuk mendorong lebih banyak darah ke arah plasenta yang umumnya bertekanan rendah.
    Dalam hal ini, pre-eklamsi berkaitan erat dengan jumlah substansi yang diinjeksikan janin ke aliran darah si ibu. Karena itu, pre-eklamsi baru terjadi jika si janin terlalu banyak menginjeksikan substansi ke aliran darah si ibu.
    si janin terpaksa melakukan hal itu, kemungkinan karena kesulitan mendapatkan makanan. Dengan kata lain, makanan si janin kurang tercukupi.”

    • Tanda-tanda yang hausdi waspadai

    tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk mencegah hal ini, Setiap wanita hamil yang mempunyai tekanan darah 140/90, akan mengalami edema (bengkak) pada wajah dan tangan. Albuminuri plus 1 atau lebih, atau yang tekanan darahnya naik 30 mm Hgsystolic dan 15 mm Hg diastolicbisa diangap preeklamsi. Pasien yang memiliki tekanan darah 150/110 dengan edema yang jelas, atau albuminuri dapat dikatakan mengalami preeklamsi berat.

    • Pengobatan

    Pengobatan yang ditujukan untuk menyelamatkan ibu dan si jabang bayi, yaitu dengan rawat jalan, dan istirahat yang cukup, serta dengan pemeriksaan rutin dokter setiap dua hari sekali. Jika kondisinya membaik, kehamilan dapat diteruskan sampai mendekati term. Sesudah minggu ke 34 dan 35, kebanyakan pasien dengan preeklamsi harus segera melahirkan.

    Sedangkan datangnya eklamsi biasanya di dahului oleh timbulnya gejala kaburnya penglihatan, kebingungan, nyeri, pendarahan, dan observasi denyut nadi janin.

    Untuk pencegahan terjadinya kasus ini seringlah mengontrol kehamilan dan hal-hal yang diperiksa adalah : tekanan darah, pengukuran berat badan, pemeriksaan urine, pemeriksaan fisik, menanyakan keluhan dsb.

  49. 09D40095
    kelas A
    DIABETES MELITUS GESTASIONAL(DMG)

    • Definisi

    Diabetes melitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa yang timbul atau pertama kali dideteksi pada saat kehamilan. Kondisi ini terjadi pada 3-8% perempuan hamil. DMG merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi pada janin dan berkaitan dengan timbulnya diabetes melitus (DM) tipe 2 di masa yang akan datang bagi perempuan yang pernah didiagnosis DMG.

    • Penyebab

    Seperti diketahui penyebab terjadinya DM adalah adanya resistensi insulin dan gangguan (disfungsi) sel â (sel beta) kelenjar pankreas. Kehamilan dapat dianggap sebagai suatu uji stres metabolik dan mampu mengungkap adanya resistensi insulin dan disfungsi sel â kelenjar pankreas pada perempuan tersebut. Plasenta (ari-ari) ibu memproduksi berbagai hormon, seperti kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan (growth hormone) yang berkontribusi untuk terjadinya resistensi insulin selama kehamilan. Resistensi insulin tersebut umumnya mulai terjadi pada trimester kedua dan terus berlanjut sepanjang sisa masa kehamilan. Berdasarkan penelitian, perempuan dengan DMG ternyata derajat terjadinya resistensi insulin dan gangguan sel â melakukan kompensasi untuk meningkatkan sekresi insulin lebih berat dibandingkan perempuan hamil yang normal.

    Kriteria diagnosis World Health Organization (WHO) untuk menegakkan diagnosis adanya DMG berdasarkan pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan memeriksa kadar glukosa puasa dan kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa (pembebanan 75 gram gula pasir). Seorang perempuan hamil dinyatakan menderita DMG jika didapatkan kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL atau kadar glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa lebih dari 140 mg/dL.
    Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan TTGO:
    – makan seperti biasa selama 3 hari sebelumnya
    – kegiatan jasmani seperti biasa
    – puasa 10-12 jam
    – periksa glukosa darah puasa
    – minum larutan gula dalam waktu 5 menit (75 gram glukosa/gula pasir
    dalam 250 ml air)
    – periksa glukosa darah 2 jam pasca pembebanan glukosa
    – selama menunggu 2 jam, pasien harus istirahat, tidak makan, dan tidak merokok

    Komplikasi pada janin terkait dengan DMG antara lain meliputi makrosomia (berat lahir bayi lebih dari 4 kg), hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) pada bayi baru lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, malformasi kongenital (cacat tubuh), bayi kuning, hipokalsemia, dan sindrom gawat napas pada bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu terkait dengan DMG antara lain hipertensi, preeklamsia, dan peningkatan risiko melahirkan dengan operasi sectio caesaria akibat pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia). Makrosomia seringkali menyebabkan bahu janin sulit untuk melewati jalan lahir (distosia bahu) sehingga harus dilahirkan dengan operasi sectio caesaria.
    Penapisan faktor risiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil seyogianya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksakan kehamilannya. Faktor risiko tersebut antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas), riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga dengan DM tipe 2 . Jika seorang perempuan hamil memiliki faktor risiko tinggi untuk timbulnya DMG, pemeriksaan TTGO harus sesegera mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jika risiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien seyogianya melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu.
    Memonitor kadar glukosa darah secara berkala sangat penting dalam penatalaksanaan DMG agar target kadar glukosa darah puasa kurang darii 95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih dari 120 mg/dL dapat tercapai dan dipertahankan. Terapi utama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada DMG adalah dengan pengaturan makanan/ diet (terapi nutrisi medik). Jika kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol dengan diet yang telah ditentukan atau jika terdapat bukti bahwa pertumbuhan janin sudah berlebihan (taksiran berat janin sesuai masa kehamilan melebihi dari yang seharusnya) maka diperlukan pemberian insulin pada penderita DMG tersebut. Obat diabetes yang diminum (obat hipoglikemik oral/ OHO) tidak direkomendasikan untuk diberikan pada perempuan hamil yang menderita DMG.
    Pemantauan penderita DMG pasca melahirkan sangat penting. Status kadar glukosa darah seyogianya dimonitor pada waktu 6 minggu atau lebih pasca melahirkan dan jika hasilnya normal, kadar glukosa darah selanjutnya dipantau setiap 3 tahun. Hal ini penting dilakukan oleh karena adanya peningkatan risiko untuk terjadinya DM tipe 2 di kemudian hari pada perempuan dengan riwayat DMG.

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM
    1. Pengertian :

    Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

    2. Etiologi:

    Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
    • Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :

    a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

    b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.

    c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

    d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
    3. Patofisiologi

    Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
    Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
    Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
    4. Gejala Dan Tanda

    • Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

    1. Tingkatan I :
    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

    2. Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
    Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

    3. Tingkatan III:
    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
    5. Penatalaksanaan

    Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
    • Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

    1. Obat-obatan
    Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

    2. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
    3. Terapi psikologik
    Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    4. Cairan parenteral
    Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
    5. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
    6. Diet
    a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
    b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
    c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
    7. Prognosis
    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
    2. Konsep Dasar Keperawatan
    A. Pengkajian Data Fokus
    a. Aktifitas istirahat
    Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
    b. Integritas ego
    Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
    c. Eliminasi
    Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
    d. Makanan/cairan
    Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
    e. Pernafasan
    Frekuensi pernapasan meningkat.
    f. Keamanan
    Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
    g. Seksualitas
    Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
    h. Interaksi sosial
    Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
    i. Pembelajaran dan penyuluhan
    – Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
    – Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
    – Turgor kulit, lidah kering
    – Adanya aseton dalam urine
    j. Pemeriksaan diagnostik
    – USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
    – Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
    – Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

    PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI (PE)

    • Definisi

    eklamsi adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin dilakukan adalah meyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah atau kurang gizi.
    pre-eklamsi adalah bentuk ekstrem dari strategi yang umum digunakan oleh semua janin. Dalam hal ini, janin meningkatkan tekanan darah si ibu untuk mendorong lebih banyak darah ke arah plasenta yang umumnya bertekanan rendah.
    Dalam hal ini, pre-eklamsi berkaitan erat dengan jumlah substansi yang diinjeksikan janin ke aliran darah si ibu. Karena itu, pre-eklamsi baru terjadi jika si janin terlalu banyak menginjeksikan substansi ke aliran darah si ibu.
    si janin terpaksa melakukan hal itu, kemungkinan karena kesulitan mendapatkan makanan. Dengan kata lain, makanan si janin kurang tercukupi.”

    • Tanda-tanda yang hausdi waspadai

    tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk mencegah hal ini, Setiap wanita hamil yang mempunyai tekanan darah 140/90, akan mengalami edema (bengkak) pada wajah dan tangan. Albuminuri plus 1 atau lebih, atau yang tekanan darahnya naik 30 mm Hgsystolic dan 15 mm Hg diastolicbisa diangap preeklamsi. Pasien yang memiliki tekanan darah 150/110 dengan edema yang jelas, atau albuminuri dapat dikatakan mengalami preeklamsi berat.

    • Pengobatan

    Pengobatan yang ditujukan untuk menyelamatkan ibu dan si jabang bayi, yaitu dengan rawat jalan, dan istirahat yang cukup, serta dengan pemeriksaan rutin dokter setiap dua hari sekali. Jika kondisinya membaik, kehamilan dapat diteruskan sampai mendekati term. Sesudah minggu ke 34 dan 35, kebanyakan pasien dengan preeklamsi harus segera melahirkan.

    Sedangkan datangnya eklamsi biasanya di dahului oleh timbulnya gejala kaburnya penglihatan, kebingungan, nyeri, pendarahan, dan observasi denyut nadi janin.

  50. theresiaa kadek.R.M

    nama:theresia kadek.R.M
    nim:09D40147
    bidan:B
    Diet komplikasi pada ibu hamil

    Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.
    II. SASARAN TERAPI
    Sasaran terapi diabetes secara umum adalah mengontrol kadar glukosa darah agar tetap stabil. Sedangkan sasaran utama terapi diabetes pada ibu hamil adalah mengontrol kadar glukosa darah preprandial kurang dari 100mg/dL, dalam hal ini digunakan kriteria diagnostik yang spesifik.

    III. TUJUAN TERAPI
    Tujuan terapi diabetes pada ibu hamil adalah untuk mencegah kelainan janin yang disebabkan oleh hiperglikemik yang terjadi pada 4-8 minggu pertama kehamilan dan untuk mengurangi angka kesakitan serta angka kematian ibu dan janin yang terkait dengan diabetes.
    IV. STRATEGI TERAPI
    Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
    a. Manajemen Diet
    Kebutuhan kalori dalam kehamilan kira-kira 5 kkal/kg lebih besar daripada orang dewasa yang tidak hamil. Pembatasan pemasukan karbohidrat yang dimurnikan merupakan tindakan yang baik. Protein dalam jumlah yang cukup hendaknya termasuk dalam diet (yaitu 1,5 gram/kg berat badan). Diet yang konsisten biasanya diberikan, termasuk makan 3 kali sehari dan makan ringan sebelum tidur.
    Tujuan manajemen diet pada ibu hamil dengan diabetes secara langsung dapat menjaga perkembangan dan pertumbuhan janin, menjaga berat badan si ibu tetap ideal, dan menormalkan konsentrasi glukosa darah si ibu. Pasien sering memperoleh manfaat dari pemeliharaan diet individu dengan nutrisi. Oleh karena itu, pengurangan pada hiperglikemia postprandial merupakan tujuan yang penting.
    b. Terapi Insulin
    Insulin adalah pilihan hipoglikemik selama kehamilan karena mempunyai catatan keamanan yang tidak dapat dipungkiri lagi baik bagi ibu maupun janinnya. Obat hipoglikemik oral tidak dianjurkan karena gagal mengontrol hiperglikemia dan potensial menyebabkan hipoglikemik pada empat minggu pertama kelahiran. Kebutuhan insulin selama kehamilan bervariasi, pada umumnya kebutuhan insulin:
    1. Pada trimester I lebih rendah
    2. Meningkat setelah umur kehamilan 24 minggu
    3. Tiba-tiba menurun segera setelah masuk masa post-partum sehingga harus dipantau ketat.
    Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
    1. HUMULIN
    • Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
    • Indikasi : IDDM
    • Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
    • Kontraindikasi : Hipoglikemik.
    • Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
    • Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.
    • Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
    2. INSULATARD HM/ INSULATARD HM PENFILL
    • Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
    • Indikasi : DM yang memerlukan insulin
    • Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
    • Kontraindikasi : Hipoglikemia.
    • Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
    3. ACTRAPID HM/ACTRAPID HM PENFILL
    • Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
    • Indikasi : DM
    • Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
    • Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
    • Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
    • Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
    • Interaksi obat : MAOI, alcohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
    • Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
    4. HUMALOG/HUMALOG MIX 25
    • Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
    • Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
    • Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
    • Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
    • Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
    • Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
    • Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
    • Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
    5. MIXTARD 30 HM/MIXTARD HM PENFILL
    • Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
    • Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
    • Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
    • Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
    • Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
    • Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
    • Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
    • Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
    c. Olah raga
    Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olah raga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
    Sumber : yosefw.wordpress.com

  51. Norhalimah, BIIDAN A

    TERAPI PADA IBU HAMIL YANG TERKENA DM GESTASIONAL
    Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes dalam kehamilan. Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah :
    1. Diet
    Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah terjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah). Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari.
    Pola makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).
    2. Olahraga
    Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.
    3. Pengobatan insulin
    Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl
    Terapi obat pengendali glukosa darah oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA maupun ACOG karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pancreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

  52. Linda Fitratun Nisa

    Nama : Linda Fitratun Nisa
    Kelas : BIdan B
    Nim : 09D40129

    Diet Pada Ibu hamil

    Menjalankan diet saat hamil memang tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu perkembangan janin. Namun, ada beberapa ibu yang harus menjalankan diet pada saat kehamilannya, dimana diet yang dijalankan atas ijin dan petunjuk dari dokter kandungannya. Adapun faktor-faktor yang mengharuskan seorang ibu hamil untuk melakukan diet, salah satunya adalah kelebihan berat badan. Mengalami kenaikan berat bedan yang terlalu drastis pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan Anda dan bayi tentunya. Oleh karena itu, untuk para ibu hamil yang diharuskan diet, hendaknya mengikuti diet makan sehat khusus untuk ibu hamil. Saat hamil, tubuh Anda membutuhkan lebih banyak konsumsi protein, kalori (untuk energi) sebanyak 300 kalori perhari, vitamin dan mineral seperti asam folat dan zat besi untuk perkembangan bayi. Beberapa prinsip makan yang baik selama kehamilan dengan melakukan cara dan diet makan yang sehat, tidak saja membuat ibu hamil fit dan sehat, tapi juga untuk perkembangan yang sehat bagi bayi dalam kandungan Anda. Untuk itu, kita perlu mempelajari tentang prinsip-prinsip makan yang baik selama kehamilan, diantaranya: Selalu sarapan Usahakan untuk selalu mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi saat sarapan. Menghindari sarapan akan menimbulkan keinginan untuk makan lebih banyak pada waktu makan berikutnya tiba. Selain itu, melewatkan sarapan juga menyebabkan keluhan berupa kepala pening, mual, dan lain-lain. Susun daftar makanan Anda Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar Anda tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan dan mengatur asupan kalori harian Anda. Pilih makanan yang berserat serta rendah kandungan lemak dan gula Karena konsumsi gula yang berlebihan cenderung menimbulkan perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai makanan selingan. Usahakan untuk mengolah makanan Bisa dengan cara dibakar, dipanggang, atau dikukus. Termasuk pada saat Anda harus mengunjungi rumah makan, jangan ragu untuk menanyakan proses yang digunakan untuk memasak makanan yang Anda pesan. Jadikan buah sebagai camilan sehat Anda Selain bisa mengurangi kemungkinan konsumsi cemilan yang tinggi lemak dan gula, hal tersebut juga membantu Anda mengurangi jumlah pengeluaran. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari Seringkali dehidrasi disalah artikan dan dianggap sebagai rasa lapar. Indikasinya, bila Anda sudah memenuhi kebutuhan harian Anda tapi masih merasa lapar, berarti yang Anda butuhkan yaitu minum air yang lebih banyak. Jangan dengarkan orang-orang yang meminta Anda untuk banyak makan Masih banyak yang menganggap bahwa seseorang yang sedang hamil harus banyak makan. Sebenarnya, pandangan itu tidak benar. Jangan ragu untuk mengatakan tidak, saat Anda diminta untuk menghabiskan makanan dalam jumlah yang banyak. Katakan secara halus bahwa Anda sudah kenyang.

  53. Lina Kurnia Wati

    Nama : Lina Kurnia Wati
    Nim : 09D40128 (B)
    Prodi : DIV Bidan Pendidik dan Klinik
    DIET KOMPLIKASI KEHAMILAN

    I. DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    II. DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    III. DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

  54. Ria Helmalinda

    Nama: Ria Helmalinda
    NIM: 09D40100
    Prodi: Bidan A
    Diabetes Melitus Preklamsi padaWanita Hamil
    Wanita hamil dengan menderita DM tipe 1 yang dapat mengontrol kadar gula darahnya selama trimester kedua kehamilan dapat menurunkan risiko terjadinya preeklampsia, suatu komplikasi serius yang terjadi saat kehamilan dengan melibatkan tingginya tekanan darah, dan retensi cairan, dilaporkan dalam Journal BJOG.
    Kontrol gula yang baik saat kehamilan trimester kedua kehamilan (bukan pada trimester pertama atau ketiga), dapat menurunkan risiko terjadinya preeklampsia pada wanita diabetes, dikatakan Dr. Rosemery C. Temple kepada Reuters Health. DM tipe 1, juga disebut diabetes juvenile, cenderung terjadi saat masa kanak-kanak dan memiliki potensi yang lebih serius dibandingkan dengan DM tipe 2. Umumnya penderitanya pada masa remaja mengalami kelebihan berat badan.
    Temple dan timnya dari Norfolk dan Norwich University Hospital NHS Trust, UK mempelajari hubungan antara kontrol gula yang berbeda stadium saat kehamilan dan risiko preeklampsia pada 178 wanita DM tipe 1.
    Wanita yang berisiko mengalami preeklampsia secara jelas terlihat kadar gula darahnya yang menghawatirkan secara bermakna pada 24 minggu kehamilannya, bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami preeklampsia, peneliti melaporkan.
    Secara nyata hasilnya menunjukkan kontrol kadar gula darah pada trimester pertama dan trimester ketiga tidak berbeda secara bermakna pada wanita yang berisiko dan tidak berisiko mengalami preeklampsia.
    Yang perlu diperhatikan adalah dukungan kepada wanita tersebut untuk mengontrol kadar gula darahnya pada trimester kedua kehamilannya.
    Penatalaksanaan yang tepat mengetahui kadar gula darah selama kehamilan pada penderita DM tipe 1 adalah melakukan tes kadar gula darah sebanyak sekitar 6 kali dalam sehari (sebelum dan 1-2 jam setelah makan) selanjutnya mengatur pemberian insulin sesuai yang direkomndasikan oleh dokter.
    Diharapkan para penderita dapat melakukan pemeriksaan menggunakan glucotest dan merekam hasil tes tersebut, sehingga dokter tinggal mempelajari hasil tes tersebut, ia menambahkan.
    Untuk kedepannya diharapkan ada penelitian yang berkelanjutan tentang sistem pengontrolan kadar gula darah atau pemberian insulin, sehingga dapat menekan kejadian preeklampsia pada wanita hamil yang menderita DM tipe 1,

  55. NAMA: HERLINDA
    NIM: 09D40122
    PRODI:BIDAAN B
    DIABETES MELITUS EKLAMSI
    Etiologi / Patogenesis
    Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.
    Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia dan Eklampsia
    Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
    Terminologi
    Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
    Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada wanita yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan dengan pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi – komplikasi yang terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %), pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan kematian maternal (1 %)
    Gambaran Klinis Eklampsia
    Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot – otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot – otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tidak bergerak.
    Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
    Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian.
    Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
    Komplikasi
    Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis.
    Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian cairan yang berlebihan.
    Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous malformation.
    Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
    Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat bahkan koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas. Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi uncus trans tentorial.
    Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita berubah menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2 minggu namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak terdapat kelainan psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan dosis yang tepat dan diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini.
    Diagnosis Diferensial
    Secara umum seorang wanita hamil aterm yang mengalami kejang selalu didiagnosis sebagai eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial keadaan ini seperti, epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak serta pecahnya aneurisma otak memberikan gambaran serupa dengan eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil yang mengalami kejang harus didiagnosis sebagai eklampsia sampai terbukti bukan
    Prognosis
    Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil.

  56. NAMA: IKA LIDYA P
    NIM: 09D40082
    PRODI:BIDAN A
    Diabetes Melitus Preklamsi dalam Kehamilan

    Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Hal ini diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia. Semua kasus PEB dan eklampsia harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi.
    Di Indonesia preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Preeklampsia-Eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan.

    DEFINISI
    Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi >= 160/110 disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
    Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang disini bukan akibat kelainan neurologis. Preeklampsia-Eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut:
    1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
    2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
    3) Penyakit ginjal.

    ETIOLOGI
    Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari preeklampsia/ eklampsi masih belum diketahui.
    Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etio-logi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
    1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
    Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasos-pasme dan kerusakan endotel.

    2) Peran Faktor Imunologis
    Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
    Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang men-dukung adanya sistem imun pada penderita PE-E:
    a. Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.
    b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE-E diikuti dengan proteinuri.
    Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pen-dapat menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.

    3) Peran Faktor Genetik/Familial
    Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:
    a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
    b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.
    c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.
    d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

    PATOGENESIS
    Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.
    Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Se-dangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan meng-akibatkan antara lain:
    1. Adhesi dan agregasi trombosit.
    2. Gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
    3. Terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit.
    4. Produksi prostasiklin terhenti.
    5. Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
    6. Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.

    KRITERIA DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT
    Diagnosis Preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya dua factor dari tiga gejala yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan wajah.
    Apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan satu/ lebih gejala/tanda di bawah ini:
    1. Tekanan darah > 160/110mmHg dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.
    2. Proteinuria > 5 g/24 jam atau 3+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
    3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin plasma.
    4. Gangguan visus dan serebral.
    5. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan.
    6. Edema paru dan sianosis.
    7. Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
    8. Adanya Hellp Syndrome (hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet count).

    PEMERIKSAAN PENUNJANG
    – Urin : Protein, Reduksi, bilirubin, sidimen urin
    – Darah: Trombosit, Ureum, Kreatinin, SGOT, LDH dan Bilirubin
    – USG

    DIAGNOSIS BANDING
    1. Kronik hipertensi dan kehamilan
    2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
    3. Kehamilan dengan payah jantung.
    Kejang bias disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsy, tromboemboli, intoksikasi, obat, trauma, hipoglikemia atau alkalosis
    Koma bias disebabkan epilepsy, sinkop, intoksikasi alcohol atau obat, asidosis, hipoglikemia.

  57. Eka Setyaningsih

    NAMA: EKA SETYANINGSIH
    NIM: 09D40071
    PRODI:BIDAN A
    Diabetes Melitus Preklamsi dalam Kehamilan

    Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Hal ini diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas PEB. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia. Semua kasus PEB dan eklampsia harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi.
    Di Indonesia preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Preeklampsia-Eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan.

    DEFINISI
    Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi >= 160/110 disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
    Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma. Kejang disini bukan akibat kelainan neurologis. Preeklampsia-Eklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut:
    1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
    2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
    3) Penyakit ginjal.

    ETIOLOGI
    Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari preeklampsia/ eklampsi masih belum diketahui.
    Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etio-logi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
    1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
    Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasos-pasme dan kerusakan endotel.

    2) Peran Faktor Imunologis
    Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
    Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang men-dukung adanya sistem imun pada penderita PE-E:
    a. Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.
    b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE-E diikuti dengan proteinuri.
    Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pen-dapat menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.

    3) Peran Faktor Genetik/Familial
    Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:
    a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
    b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.
    c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.
    d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)

    PATOGENESIS
    Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.
    Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Se-dangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan meng-akibatkan antara lain:
    1. Adhesi dan agregasi trombosit.
    2. Gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
    3. Terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit.
    4. Produksi prostasiklin terhenti.
    5. Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
    6. Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.

    KRITERIA DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT
    Diagnosis Preeklamsi ditegakkan berdasarkan adanya dua factor dari tiga gejala yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan wajah.
    Apabila pada kehamilan > 20 minggu didapatkan satu/ lebih gejala/tanda di bawah ini:
    1. Tekanan darah > 160/110mmHg dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi (pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.
    2. Proteinuria > 5 g/24 jam atau 3+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
    3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin plasma.
    4. Gangguan visus dan serebral.
    5. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan.
    6. Edema paru dan sianosis.
    7. Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
    8. Adanya Hellp Syndrome (hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet count).

    PEMERIKSAAN PENUNJANG
    – Urin : Protein, Reduksi, bilirubin, sidimen urin
    – Darah: Trombosit, Ureum, Kreatinin, SGOT, LDH dan Bilirubin
    – USG

    DIAGNOSIS BANDING
    1. Kronik hipertensi dan kehamilan
    2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
    3. Kehamilan dengan payah jantung.
    Kejang bias disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsy, tromboemboli, intoksikasi, obat, trauma, hipoglikemia atau alkalosis
    Koma bias disebabkan epilepsy, sinkop, intoksikasi alcohol atau obat, asidosis, hipoglikemia.

  58. Emma fury anggreany

    Nama : Emma fury Anggreany
    Prodi : DIV kebuidanan
    Kelas : A

    HIPERTENSI
    Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Gejala yang umum dialami:
    * Pusing dan sakit kepala.
    * Kadang disertai dengan bengkak di daerah tungkai.
    * Bila dilakukan pemeriksaan laboratorium, akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam urinnya.
    * Tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.
    Perlu diketahui bahwa penderita hipertensi dapat dibagi menjadi dua. Pertama, penderita yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua penderita hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan darah ibu normal, lalu disaat hamil mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut dengan preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja bahaya buat ibu tapi juga janin.
    Preeklamsia yang masih ringan akan ditandai dengan tekanan darah yang meninggi, protein yang berlebihan dalam urin, pembengkakan, serta kenaikan berat badan yang cepat. Sedangkan yang parah ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terus meningkat dan kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urin, sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah urin. Selain itu, penglihatan pun menjadi kabur, perut terasa sakit atau panas, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat. Kecuali itu, bengkak karena preeklamsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi akan terjadi pada wajah dan tangan. Nah, kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk mengetahui apakah penyebabnya bersifat patologis atau fisiologis.
    Risiko eklamsia ini sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak terselamatkan. Tentunya jika ibu sampai tidak tertolong, janin pun bisa mengalami nasib yang sama. Kalaupun hidup, bisa terjadi kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan hati. Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, ia dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan.
    Pada saat eklamsia mengancam, biasanya dokter akan mengutamakan keselamatan ibu. Bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan persalinan normal. Jalan operasi dihindari karena dapat menimbulkan cacat rahim pada ibu.
    Tentu saja hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang dengan sendirinya.
    Penanganan:
    O Rutin berkunjung ke dokter dan ceritakan kepada dokter mengenai riwayat kesehatan ibu yang memiliki tekanan darah tinggi. Dengan begitu dokter dapat melakukan pengawasan ketat selama masa kehamilan.
    O Mengonsumsi obat-obatan yang berfungsi menurunkan tekanan darah. Jika dengan pengobatan, tekanan darah ibu tetap tinggi hingga mengancam keselamatan, maka janin harus dikeluarkan.
    O Rajin mengontrol tekanan darah dengan cara mengukur tekanan darah setiap berkunjung ke dokter.
    O Waspadai penambahan bobot selama kehamilan. Penambahan berat badan ibu hamil pengidap hipertensi sebaiknya tidak lebih dari 2 kg per bulan.
    O Kurangi konsumsi makanan bergaram.
    DIABETES
    Kehamilan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit diabetes pada seseorang. Perlu diketahui, saat kehamilan terjadilah perubahan tingkat karbohidrat dalam tubuh ibu. Hal ini terjadi karena selama kehamilan dibutuhkan energi yang lebih dari biasanya bagi pertumbuhan janin. Hanya saja, intake atau asupan karbohidrat yang meningkat dapat membuat persediaan hormon insulin dalam tubuh tak mencukupi. Peran hormon ini adalah mengendalikan kadar gula dalam darah yang diubah dari karbohidrat tersebut. Akibatnya terjadilah penimbunan kadar gula yang tinggi dalam darah yang menyebabkan kenaikan kadar gula darah. Gejala dan keluhan diabetes yang paling khas dan harus diwaspadai adalah banyak makan, banyak kencing, dan banyak minum.
    Diabetes bawaan maupun diabetes yang didapat semasa hamil bisa berakibat sama terhadap kehamilan, yaitu: hidramnion (cairan ketuban terlalu banyak), distosia (persalinan macet), dan hypoglicemia (penurunan kadar gula secara drastis) yang membuat ibu tak punya energi untuk mengedan. Kesulitan lainnya, saat persalinan bisa terjadi inersia urteri (rahim tak berkontraksi dengan baik) atau setelah plasentanya keluar terjadi atonia uteri (rahim tak bisa mengecil lagi).
    Namun, selama kadar gula darah terkontrol baik maka kehamilan dengan diabetes bisa berjalan baik.
    Penanganan:
    * Lakukan konsultasi dengan dokter kandungan, dokter penyakit dalam, dan ahli gizi.
    * Bila penyakit diabetes itu merupakan bawaan, lakukan pengobatan sebelum hamil. Minimal lakukan persiapan dengan mengatur kadar gula darah sebaik mungkin.
    * Jika kemudian hamil, lakukan kontrol kadar gula darah sebelum usia kehamilan mencapai 8 minggu. Dengan demikian, kelainan dapat terdeteksi dan dicegah.
    * Perhatikan peningkatan berat badan. Penambahan yang normal hingga kehamilan berusia 6 bulan adalah sekitar 1-1,5 kg per bulan. Setelah memasuki bulan ke-7 kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5-1 kg per bulan. Waspadalah bila dalam sebulan kenaikan berat badan mencapai 4-5 kg. Untuk memastikan meningkatnya kadar gula atau tidak, perlu pemeriksaan laboratorium.
    * Sebaiknya pemeriksaan laboratorium terhadap gula darah dilakukan secara rutin demi pencegahan hal-hal yang tak diinginkan.
    * Bagi penderita diabetes ringan atau kadar gula darah sekitar 140, lakukan diet makanan dengan mengatur pemasukan karbohidrat, protein, dan lemak. Pemasukan karbohidrat kurang lebih 30-40 persen, protein 20-30 persen, dan lemak sekitar 15-20 persen. Konsultasikan hal ini dengan ahli gizi.

  59. Ajeng Enggal Basuki

    NAMA :AJENG ENGGAL BASUKI
    NIM :09D40104
    PRODI :DIV KEBIDANAN A
    MK :GIZI DALAM KESPRO
    DOSEN :RUSMAN EFENDI

    DIABETES MILITUS
    Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, “tembus” atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus, “rasa manis”) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglisemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
    Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
    Penyebab
    Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes melitus tipe 1), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes melitus tipe 2). Selain itu, terdapat jenis diabetes melitus yang juga disebabkan oleh resistensi insulin yang terjadi pada wanita hamil. DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin, sedangkan DM tipe 2 hanya membutuhkan insulin apabila penanganan sebelumnya tidak efektif. Diabetes melitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
    Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus. Kesuksesan menjaga kadar gula darah dalam batasan normal dapat mencegah terjadinya komplikasi. Faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah: berhenti merokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olah raga teratur.
    Diabetes Melitus Gestasional
    Diabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: Gestational Diabetes Mellitus) atau diabetes melitus pada kehamilan, melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa pengakuan.[rujukan?] Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
    Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
    Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan [sebagai/ketika/sebab] bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi sindrom kesusahan dan produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung pernapasan. Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang merah. Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling umum sebagai hasil kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan dengan perusakan/pelemahan yang vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian Cesarean mungkin dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan risiko dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu dystocia.
    Gejala
    Gejala klasik diabetes melitus adalah poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan & mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi. Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa adalah dengan kurang baik dikendalikan.
    Poliuri
    Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
    Polidipsi
    Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
    Polifagi
    Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
    Gejala lainnya
    Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.
    Ketoasidosis diabetikum
    Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

    Penanganan
    Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.

  60. NAMA :RIYANI
    NIM :09D40104
    PRODI :DIV KEBIDANAN A
    MK :GIZI DALAM KESPRO
    DOSEN :RUSMAN EFENDI

    Kencing Manis Gestational
    Kencing manis dapat menyerang seorang wanita yang sedang hamil. Jenis kencing manis yang menyerang wanita yang sedang hamil dalam istilah medis disebut dengan Gestational Diabetes, adalah suatu bentuk diabetes yang berkembang pada beberapa perempuan selama kehamilan. Diabetes gestasional terjadi karena kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah (glukosa) perempuan hamil tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya.

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan wanita hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi dalam darahnya dimana ia tidak pernah menderita diabetes sebelum kehamilannya.

    Diabetes gestasional berbeda dengan diabetes lainnya dimana gejala penyakit ini akan menghilang setelah bayi lahir. Tipe diabetes yang umum dijumpai adalah diabetes tipe 1 dan tipe 2, yang akan berlanjut terus sepanjang hidup orang tersebut setelah diagnosis penyakit ini ditegakkan.

    Banyak perempuan dengan diabetes gestasional mampu mengkontrol kadar gula darahnya dalam batas yang aman dengan makan makanan yang seimbang dan melakukan latihan fisik yang teratur. Bagaimana pun, jika diet dan latihan tidak dapat mengkontrol kadar gula darah dalam suatu batas yang aman, insulin mungkin dibutuhkan.

    Perempuan-perempuan yang beresiko tinggi menderita diabetes gestasional perlu segera diperiksa untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan pada awal kehamilannya. Kebanyakan perempuan dengan penyakit ini, dimana kadar gula darahnya dalam batas yang aman dapat melahirkan bayinya tanpa mengalami komplikasi.

    Bagaimanapun, jika kadar gula darah tidak dapat dikontrol pada batas yang aman selama kehamilan, maka dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang mempengaruhi si ibu dan janinnya. Si ibu mempunyai resiko tinggi untuk menderita hipertensi selama kehamilannya.

    Janin mempunyai berat yang berlebihan, menyebabkan kesulitan untuk melahirkan bahu janin melalui jalan lahir selama persalinan (distosia bahu). Hal ini dapat menyebabkan jejas pada saraf di leher bayi atau jejas-jejas lainnya pada persalinan sulit ini. Bayi yang besar juga membutuhkan suatu tindakan pembedahan (seksio sesarea) sehingga terhindar dari jejas pada persalinan normal.

    Setelah persalinan, bayi akan mengalami masa/episode hipoglikemia (kadar gula darah lebih rendah dari normal), kadar kalsium yang rendah, kadar bilirubin darah yang tinggi (jaundice) atau kesulitan bernapas.

    Kebanyakan kasus, diabetes gestasional akan menghilang segera setelah bayi dilahirkan. Bagaimanapun juga, perempuan-perempuan yang menderita diabetes gestasional mempunyai resiko tinggi untuk mengalami diabetes gestasional lagi pada kehamilan berikutnya, dan juga 17 % – 63 % dari mereka akan mengalami perubahan dan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 5 hingga 16 tahun.

    Gejala
    Gejala klasik diabetes melitus adalah poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan & mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi. Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa adalah dengan kurang baik dikendalikan.
    Gejala lainnya
    Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.
    Ketoasidosis diabetikum
    Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

    Penanganan
    Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.

  61. yenni yustini 09d40108 bidan A

    Nama : yenni yustini
    Nim : 09D40108
    Prodi : DIV BIDAN KLINIK DAN PENDIDIK (A)
    Tugas : gizi dalam kes.reproduksi

    PREEKLAMSI

    Semua orang tahu bahwa dalam kehamilan itu tidak selalu seperti apa yang kita inginkan. Terkadang ada saja kendala yang menyebabkan kita menjadi ragu dan bimbang. Seperti halnya Pre eklampsi atau keracunan dalam kehamilan. Ini terkadang muncul saat usia dini kehamilan namun bisa juga di akhir dari trimester ke 3 masa kehamilan.
    Pengertian
    Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
    Etiologi
    Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
    Insiden
    Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
    Patofisiologi
    Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
    Manifestasi klinik
    Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

    Tes Diagnostik
    Tes diagnostik dasar
    Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
    Tes laboratorium dasar
    Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
    Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
    Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
    Uji untuk meramalkan hipertensi
    Roll Over test
    Pemberian infus angiotensin II.
    Penanganan medik
    Pencegahan
    Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda – tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
    Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
    Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
    Penanganan
    Tujuan utama penanganan adalah :
    Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
    Hendaknya janin lahir hidup.
    Trauma pada janin seminimal mungkin.

  62. Nurul Indriasari

    Nama : Nurul Indriasari
    NIM : 09D40097
    Prodi : DIV Kebidanan (A)
    Tema : Diet Komplikasi Kehamilan PreEklampsia
    Tujuan Diet
    1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
    2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
    3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
    4) Mencapai keseimbangan nitrogen
    5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat Diet
    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    Bahan Makanan Sehari
    Bahan Makanan Diet Pre-eklamsia I Diet Pre-eklamsia II Diet Pre-eklamsia III
    Berat (g Jumlah Berat (g) Jumlah Berat (g) Jumlah
    Beras – – 150 3 gls tim 200 4 gls tim
    Telur – – 50 1 btr 50 1 btr
    Daging – – 100 2 ptg 100 2 ptg sdg
    Tempe – – 50 2 ptg 100 4 ptg sdg
    Sayuran – – 200 2 gls 200 2 gls
    Sari buah/buah 1000 5 400 4 ptg sdg 400 4 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 80 8 30 3 sdm 30 3 sdm
    Minyak nabati – – 15 1 ½ sdm 25 2 ½ sdm
    Susu bubuk * 75 15 25 5 sdm 50 10 sdm
    *) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi
    Nilai gizi
    Diet Pre eklamsia
    I Diet Pre eklamsia
    II Diet Pre eklamsia III
    Energi (kkal) 1032 1604 2128
    Protein (g) 20 56 80
    Lemak (g) 19 44 63
    Karbohidrat (g) 211 261 305
    Kalsium (mg) 600 500 800
    Besi (mg) 6,9 17,3 24,2
    Vitamin A (RE) 750 2796 3035
    Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0
    Vitamin C (mg) 246 212 213
    Natrium (mg) 228 248
    .
    Pembagian bahan makanan sehari
    Waktu Bahan Makanan Jumlah
    Pukul 06.00 Teh 1 gls
    Pukul 08.00 Sari tomat 1 gls
    Susu 1 gls
    Pukul 10.00 Sari jeruk 1 gls
    Pukul 13.00 Sari alpokat 1 gls
    Susu 1 gls
    lPukul 16.00 Sari tomat 1 gls
    susu 1 gls
    Pukul 18.00 Sari pepaya 1 gls
    Sari jeruk 1 gls
    Pukul 20.00 Teh 1 gls
    Susu 1 gls

    Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & III
    Waktu Bahan makanan Diet pre eklamsia II Diet pre eklamsia III
    Berat (g) urt Berat(g) urt
    Pagi Beras 50 1 gls tim 50 1 gls tim
    Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr
    Sayuran 5 ½ sdm 50 ½ sdm
    Minyak 5 5 sdm 5 ½ sdm
    Susu bubuk 25 1 sdm 25 5 sdm
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Pukul 10.00 Buah 100 1 ptg sdg pepaya 100 1 ptg sdg pepaya
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Siang Beras 50 1 gls nasi 75 1 ½ gls nasi
    Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tahu 50 ½ bh besar 100 1 bh besar
    Sayuran 75 ¾ gls 100 1 bh besar
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm
    Pukul 16.00 Buah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdg
    Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
    Susu bubuk – – 25 5 sdm
    Malam Beras 50 1 gls nasi 75 1½ gls nasi
    Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
    Tempe 25 1 ptg dg 50 2 ptg sdg
    Sayuran 75 ¼ gls 75 ¾ gls
    Buah 100 1 ptg sdg papaya 100 1 ptg sdg papaya
    Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm

    Contoh menu sehari
    Pagi Siang Malam
    Nasi tim Nasi tim Nasi tim
    Telur ceplok air Daging bumbu terik Ikan bumbu kuning
    Tumis kacang panjang toge Tahu bacam Gandong tahu
    Susu pisang Jeruk
    Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20,00
    Selada buah Jeruk The

    Sumber : http://911medical.blogspot.com/2010/05/askep-preeklamsia-makalah-diet-ibu.html

  63. Eka Ana Pertiwi

    nama: Eka Ana Pertiwi
    nim: 09D40116
    bidan B
    . Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
    a. Tujuan Diet
    Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
    1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
    2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
    b. Syarat diet
    Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
    1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
    2). Lemak rendah, yaitu
    3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
    4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
    5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
    6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
    7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
    c. Macam diet dan indikasi pemberian
    Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
    1). Diet hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
    2). Diet hiperemesis II
    Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
    3). Diet hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

  64. Dwi Putri Agustifeni

    nama: Dwi Putri Agustifeni
    nim:09D40114
    bidan B
    Diet komplikasi kehamilan
    I. DIET HIPEREMESIS

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.

    Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
    makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien

    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    II. DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjasi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    III. DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

  65. Mahmada Erma bidan B

    Nama:Mahmada Erma (09D40130)
    Prodi:DIV.Bidan klinik&Pendidik (Bidan B)
    Judul:Diabetes Melitus Pada Kehamilan

    DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
    Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
    Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
    Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
    Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
    Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
    Pengelolaan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
    Pengelolaan medis
    Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
    1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
    2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
    3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
    4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
    5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
    6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
    − Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
    − Kalori kegiatan jasmani 10-30%
    − Kalori untuk kehamilan 300 kalor
    − Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
    Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
    Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
    Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
    − Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
    − Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
    − Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) l0x/12 jam).
    – Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
    – Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
    – Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
    – Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
    One Reply
    Sumber:
    retna

  66. nama:Tri Astuti
    nim:09D40148
    bidan:B
    Diet Komplikasi ibu hamil

    DIET ANEMIA

    Menurut WHO, anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Pada ibu hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum. Bila terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
    Etiologi anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi faktor penyulit dalam kehamilan. Penyebabnya antara lain :
    1) Makanan yang kurang bergizi.
    2) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi,
    3) Kurangnya zat besi dalam makanan.
    4) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
    Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi yang buruk dengan defisiensi multivitamin, dimana hal ini masih banyak terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
    Secara umum klasifikasi anemia dalam kehamilan dibagi menjadi :
    1. Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3%
    2. Anemia Megalobalstik sebanyak 29%
    à Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroylglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang.
    3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%
    à Anemia disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
    4. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7%
    à Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
    Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.

    sumber:www.dietkomplikasiibuhamil.com

  67. nama:jubaidah
    nim: 09D4124
    diet komplikasi ibu hamil

    DIET IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS
    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan ( sampai Trimester II ) yang ditandai dengan adanya rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Bila keadaan ini tidak diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.
    Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidart kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum.
    • Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk :
    1. mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
    2. secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

    • Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah :
    1. Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
    2. Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
    3. Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
    Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7
    10 gelas per hari
    makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam porsi kecil
    Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam
    Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
    Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
    1. Diet Hiperemesis I
    Diet Hipermesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
    2. Diet Hiperemesis II
    Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
    3. Diet Hiperemesis III
    Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
    • Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
    – Roti panggang, biskuit, crackers
    – Buah segar dan sari buah
    – Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
    Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

    sumber:dietkomplikasiibuhamil.com

  68. Uswatun Hasanah

    nama:Uswatun Hasanah
    Nim:09D4150
    bidan:B
    Diet komplikasi ibu hamil

    DIET PRE EKLAMPSIA

    Pre eklampasia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan, yang biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu, yang ditandai oleh adanya hipertensi, proteinuria, dan edema. Keluhan-keluhan yang biasa timbul ialah adanya pertambahan berat badan (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, pandangan kabur, nyeri lambung, oligouria, gelisah dan kesadaran menurun. Ciri khas dari diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein.
    Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
    Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
    Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal
    Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
    Mencapai keseimbangan nitrogen
    Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
    Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
    Syarat diet pada pre eklampsia, ialah :
    1. Energi dan zat gizi yang diberikan harus cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien dalam menerima makanan. Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3. Protein tinggi (1 ½ – 2 gr/kg berat badan)
    4. Pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda.
    5. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
    6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
    7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8. Cairan diberikan 2500ml/hari. Pada keadaan oligouria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.

    Ada 3 macam pemberian diet untuk pre eklampsia, yaitu :
    1. Diet Pre eklampsia I
    Diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsia berat (PEB). Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan yang diberikan paling sedikit 1500ml sehari per oral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
    2. Diet Pre eklampsia II
    Diet ini diberikan kepada pasien pre eklampsia yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre eklampsia I. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Dalam diet ini makanan yang diberikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
    3. Diet Pre eklampsia III
    Diet pre eklampsia III diberikan kepada pasien dengan pre eklampsia ringan (PER) atau sebagai peralihan dari diet pre eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung tinggi protein dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet, jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

    sumber:www.dietkomplikasiibuhamil.com

  69. Info nu mangpaat pikeun sim kuring, hatur nuhun ah.

  70. angi khairunnisa bidan b

    Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia

    Syarat Diet

    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.

    Macam diet dan indikasi pemberian

    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

    Hiperemesis Gravidarum

    Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :

    a. Isolasi

    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.

    b. Terapi psikologik

    Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

    c. Cairan Parenteral

    Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.

    d. Obat yang dapat diberikan

    Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :

    1) Sedativa ringan

    a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr

    b) Valium

    2) Inti Alergi

    a) Medramer

    b) Dramamin

    c) Avemim

    3) Obat anti mual-muntah

    a) Mediamer B6

    b) Emetrole

    c) Stimetil

    d) Avopreg

    4) Vitamin

    a) Terutama vitamin B kompleks

    b) Vitamin C

    http://911medical.blogspot.com/2010/05/askep-preeklamsia-makalah-diet-ibu.html

  71. angi khairunnisa bidan b

    Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia

    Syarat Diet

    Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
    1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
    2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
    3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
    4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
    5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
    6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
    7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
    8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.

    Macam diet dan indikasi pemberian

    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
    Macam diet dan indikasi pemberian
    1). Diet preeklampsia I
    Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2) Diet preeklampsia II
    Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
    2). Diet preeklampsia III
    Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

    Hiperemesis Gravidarum

    Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :

    a. Isolasi

    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.

    b. Terapi psikologik

    Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

    c. Cairan Parenteral

    Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.

    d. Obat yang dapat diberikan

    Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :

    1) Sedativa ringan

    a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr

    b) Valium

    2) Inti Alergi

    a) Medramer

    b) Dramamin

    c) Avemim

    3) Obat anti mual-muntah

    a) Mediamer B6

    b) Emetrole

    c) Stimetil

    d) Avopreg

    4) Vitamin

    a) Terutama vitamin B kompleks

    b) Vitamin C

Leave a reply to angi khairunnisa bidan b Cancel reply